Monday 5 November 2012

Kapan Terakhir Kita Baca Bobo?

Majalah atau bahan bacaan bisa menjadi bahan yang menarik untuk belajar. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu (aku asumsikan yang baca tulisan ini seusiaku), kita mengenal majalah keren yang ternyata masih populer sampai sekarang. Yes, majalah itu bernama Bobo. Majalah mingguan yang bisa menghipnotis sekaligus mencerdaskan anak Indonesia. #ceileh
Antara Bobo dan Intisari. Hayo, pilih mana...?

Minggu siang, aku, Mbak Utie (mbak kos), dan mamanya, pergi jalan-jalan ke sebuah mall di Semarang. Tidak ada niat serius sih, karena kami hanya ingin refreshing dari rutinitas. Yang pasti, aku pengen beli buku dan Mbak Utie mau beli sabun. Hari Minggu aku awali dengan “ngawul” dan sesampainya di kos langsung ketiduran. Kami baru bisa berangkat jalan-jalan setelah pukul 11.30 siang, molor 1,5 jam dari rencana.

Apapun hambatannya, termasuk 30 menit bus tidak datang dan harus pakai taksi, kami sukses sampai di mall itu. Tujuan pertama adalah Gramedia, toko buku di lantai tiga. Asik. Begitu masuk toko buku, aku langsung melihat majalah Intisari, yang menjadi majalah favoritku. Aku langsung sambar satu.

Mbak Utie dan mamanya juga melihat-lihat deretan majalah. Kalau mereka sih melihat majalah perempuan dan fesyen. Mataku ikut jelalatan melihat deretan majalah, sampai akhirnya menangkap majalah keren bersampul dominan hijau. Waah, berasa nostalgia ke belasan tahun lalu, karena aku menemukan majalah Bobo.

Biru-kuning-merah-hijau. Warna apa sih itu? Helow, jangan ada yang bilang lupa, kalau keempat warna itu yang menyusun huruf menjadi tulisan BOBO. Beuh, warna mencolok tapi keren ini bisa bikin anak-anak usia TK sampai SD merengek-rengek ke orang tua untuk dibelikan majalah ini. Aksi Bobo, si kelinci biru ini memang menggoda.


Foto: google.com
Bobo edisi dulu kala
Tidak cuma bermajalah lho, kalau zaman SD dulu, setiap Minggu aku selalu nongkrong di TV7 (sekarang Trans7) di siang hari untuk nonton Bona dan Rong Rong. Aku selalu suka dengan aksi Bona, si gajah yang selalu heroik. Kalau beruntung, nonton Ceritera dari Negeri Dongeng, juga boleh lah. Ada Nirmala, Oki, dan Pipiyot. Dua program televisi ini adalah hasil adaptasi dari konten komik di majalah Bobo.

Sekedar info aja nih, tahun 1973, Kompas bekerjasama dengan penerbit majalah Bobo di Belanda untuk menerbitkan majalah dengan label serupa di Indonesia. Sampai sekarang, sajiannya tetap keren. Makanya, sebagai generasi yang merasa pernah dibesarkan oleh majalah ini, kita harus melestarikannya. Hayo, kapan nih, terakhir baca majalah ini? Mudah-mudahan majalah imut ini tetap eksis ke generasi-generasi selanjutnya. Amin.

Oh, iya. Dari toko buku itu, akhirnya aku tidak jadi beli buku karena memang tidak ada yang sreg. Majalah Donal Bebek tidak dibeli, karena pertimbangan rasa kangen untuk Bobo lebih besar. Majalah Fortune juga tidak terbeli, yang kalau ini dengan alasan harga. Jelas dong, harga satu majalah ini hampir seharga buku 300-an halaman euy. Mending pinjam aja ke teman yang membeli, hehehe..

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)