Thursday 28 February 2013

Harga Sebuah Kemauan

google.com


“Analogi kemauan adalah karat dalam emas,” Dahlan Iskan.

Tiba-tiba saya teringat kalimat itu. Dalam sebuah kuliah umum, Dahlan Iskan, si menteri nyentrik itu, mengatakan analogi keren ini. Dalam uraian tentang pemuda di masa kini, ia berkisah potensi besar yang ada pada generasi bangsa. Menurutnya, banyak orang yang berpotensi, tapi hanya sedikit yang sampai pada tahap bertindak.

Wednesday 27 February 2013

Puncak Karir atau Puncak Kebahagiaan?

www.google.com

Pasti berat ya, ketika seseorang berusaha mencapai puncak karir yang dinginkan. Pasti banyak pengorbananya.”
Tapi, apakah puncak karir itu menjamin seseorang mencapai puncak kebahagiaannya?
Menurutku, puncak karir itu jadi salah satu indikator kebahagiaan. Tapi memang kebahagiaan nggak selalu bisa diukur dari pencapaian karir sih.”
Mungkin suatu saat, kita akan berada pada posisi sulit untuk memilih puncak karir atau puncak kebahagiaan. Tapi aku yakin, kita semua berharap dua hal itu berjalan beriringan.”

Tuesday 26 February 2013

Membantu itu Nggak Perlu Alasan

www.google.com


Manusia memang makhluk sosial. Konsekuensi dari pernyataan itu, berarti setiap individu selalu memiliki keterkaitan, atau bahkan ketergantungan dengan individu lain. Kalau sudah saling terhubung, bagaimana ya, cara menjaga jalinan itu tetap proporsional ketika satu individu terlibat dalam urusan individu lain? Memang sedikit rumit.

Monday 25 February 2013

Surga Buku Lama di Pasar Yaik


Ada kalanya, orang mencari buku lama yang diterbitkan pada puluhan tahun lalu. Alasan pencarian itu beragam, mulai sekedar koleksi hingga kebutuhan materi membuat tugas kuliah. Ini bisa sangat merepotkan, karena toko buku konvensional hanya menyediakan produk dengan tahun terbitan yang tidak terlampau lama. Kini, ada lokasi yang pasti akan saya tuju ketika memerlukan buku dan majalah edisi lama.
Tumpukan majalah bekas di Pasar Yaik Semarang

Wednesday 13 February 2013

Lebih Dekat Mengenal Bosscha


Nama Bossca telah tersemat pada sebuah observatorium di kawasan Lembang sejak 1925 lalu. Observatorium yang berisi teropong pengamat bintang itu dikunjungi rubuan orang tiap tahunnya. Meski diprakarsai oleh Joan George Eradus Gijsbertus Voute, justru Bosscha yang diabadikan sebagai nama observatorium. Ternyata, penamaan itu sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih karena Bosscha lah yang mendanai pembangunan observatorim.