Monday 31 December 2012

Empat Etnis di Panggung Pandanaran Art Festival

Penampilan penari sufi dari Kampung Arab
Pemerintah Kota Semarang kembali menggelar festival kesenian pada 15-16 Desember. Acara yang bertajuk Pandanaran Art Festival ini diselenggarakan di sepanjang Jalan Pemuda. Di sana, tersaji paduan kebudayaan yang ditonjolkan Semarang, yaitu etnis Jawa, Cina, Arab, dan Belanda.


Acara yang ditujukan untuk mempromosikan potensi kesenian Semarang ini memiliki lima panggung kesenian yang dipasang di sepanjang Jalan Pemuda, dengan panggung utama di muka Balai Kota. Setiap etnis yang penamaannya menggunakan “kampung” ini juga disediakan sebuah panggung untuk mementaskan kesenian khas etnik tersebut.


Pandanaran Art Festival yang pertama kali digelar pada empat tahun lalu ini, dibuka dengan penampilan tarian gabungan empat etnis yakni Jawa, China, Arab dan Belanda yang diramu menjadi tarian nusantara. Misalnya, tarian Warak Ngendog, Sufi, Tangan Seribu, dan Klompen dance.


Setiap etnis menampilkan kesenian khas di panggungnya masing-masing. Kampung Jawa menampilkan kesenian seperti musik keroncong dan gambang Semarang. Kampung Cina tampil dengan Liong Samsi, Wayang Potehi, dan karaoke khas Mandarin. Kampung Arab menampilkan musik gambus, marawis, dan tari Japin. Sementara Kampung Belanda menampilkan tari Polka dan pakaian tradisionalnya.


Tidak hanya panggung kesenian, Pemerintah Kota Semarang juga ingin mengangkat produk kreatif masyarakat dengan membuka stand. Banyak barang yang dipamerkan, mulai dari batik, makanan, hingga perkakas rumah tangga.


Kepadatan pengunjung mulai terasa sejak sore hari. Nur Aini (32), pengunjung festival, menyatakan apresiasinya. Ia yang datang bersama keluarga merasa terhibur dengan adanya panggung kesenian itu. “Acaranya bagus. Anak-anak suka,” katanya. Ia juga penambahkan, ini kali kedua keluarganya mengunjungi Pandanaran Art Festival.


19 comments:

  1. Acara yang bagus sebagai sarana untuk pemersatu di tengah krisis ya^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Vey dan Dhea: yuhuu.. warga Semarang sangat perlu nih, hiburan gratis nan mendidik macam PAF. Tahun depan, kita ke sana lagi yoh..

      Delete
  2. salut deh untuk pemkot semarang yg kreatif selain dari aspek pembangunan juga aspek seni budayanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, berkesan banget dah. Tahun depan, kita kesana bareng yak :D

      Delete
  3. ditambahkan atau ditampilkan foto (dokumentasi) jd pembaca makin menikmati cerita pengalaman yang kamu suguhkan :)
    *eh, ini reportase citizen journalism bukan cerita pengalaman ya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, iya mbak.
      Foto, bentar lagi deh ya. Ini juga masih bergumul dengan net yang lemot mbak, :D

      Delete
  4. Liong samsi? wayang potehi? gak tahu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya, dateng ke acara dong, Ded. Tahun depan, bakal digelar lagi kok. Kan acara tahunan..

      Delete
  5. wah kalo konsep 'art' disini diperluas mungkin bisa jadi event seni nya kota semarang, misal ada juga pameran seni lukis, kerajinan tangan, instalasi seni. dll. semoga semarang seninya makin maju!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, setuju deh, sama Jaza. Sebenarnya acara itu hampir sepanjang jalan lho. Kalau idemu tertuang, bisa makin meriah dong.. waw banget tuh.

      Delete
  6. wah keren!! sering2 aja pemkot ngadain event seni seperti ini..bagaimanapun juga budaya indonesia khususnya semarang harus dilestarikan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sippp. warga Semarang butuh hiburan yg keren dan kreatif. kamu belum pernah ikut kan? tahun depan, kita lah, yg ikut meramaikan :)

      Delete
  7. Soal tulisan sih nggak usah diragukan lagi nih :D
    gambarnya kalo diperbanyak lebih cetar membahana badai kayaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, memang kata orang, pesan lewat gambar bisa lebih nyantol di otak yak, hehe..

      Delete
  8. Keren. Aku belum pernah loh nonton begituan. Tulisanmu, jadi bikin tambah pengen nonton.. Lebih bagus lagi kalau fotonya ditambah. Susah sih dapet foto penari brgerk begitu. Haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makanya, tahun ini kita datang ke sana yak.
      Foto,,, ini termasuk yang aku banggakan lho. Dengan kamera digital 10 mp, motret penari sufi yang muter terus, dan di waktu malam hari, butuh kesabaran lho. Dan, jeng jeng... jadilah foto seperti ini :)

      Delete
  9. bener acara ini bagus banget hlo, aku juga kesana :D tapi sayang sekali apa yang dikatakan Jaza belum tertuang diPandanaran Art, coba aja ada pasti tambah seru :D , Dian fotografimu bagus bangetaku skaa, padahal kan susah dapet objek yg selalu bergerak spti penari Sufi.. Great job :D

    ReplyDelete
  10. lestarikan terus budaya sulsel :)

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)