Sunday 6 April 2014

TMII, Potret Keragaman dan Kekayaan Indonesia

Oleh-oleh dari TMII
Saya selalu bercita-cita bisa berkeliling Indonesia. Saya ingin menikmati keindahan, sambil menyelami kehidupan penduduk Indonesia yang terkenal ramah dan lekat dengan tradisi. Tak bisa dibayangkan, seberapa besar pengalaman yang akan saya dapatkan bila berkeliling Indonesia.

Meski cita-cita itu belum terwujud, paling tidak saya sudah mengelilingi miniatur Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Ya, miniatur. Tapi, meski bernama miniatur, jangan dibayangkan TMII hanya seluas alun-alun kota. TMII sangat luas, mencapai 150 hektar.

TMII lahir atas prakarsa Ibu Tien Soeharto. Sejak diresmikan pada 20 April 1975, taman raksasa yang di dalamnya menyimpan pesona keindahan budaya Indonesia itu menjadi objek wisata andalan Ibu Kota. Apa saja yang kita inginkan tentang Indonesia ada di sini. Semuanya. Rumah adat, makanan khas, wahana bermain, keragaman flora-fauna, sampai yang berkaitan dengan kemajuan teknologi.

Sebenarnya niat berjelajah ke TMII sudah ada sejak lama, terutama saat mengikuti program Kuliah Kerja Lapangan dari kampus dan menginap di kawasan TMII. Tapi, rencana itu belum juga bisa terlaksana. Hingga pada bulan September tahun lalu, saya bisa mengunjungi TMII. Saya mengunjungi TMII seorang diri. Saya membiarkan kaki terus melangkah, menikmati keindahakan dan kekayaan Indonesia yang disajikan TMII. 
Saat menginap di kawasan TMII,
dalam rangka KKL kampus. Maret 2013.
TMII sangat mudah dijangkau. Saya memanfaatkan TransJakarta untuk sampai di terminal Kampung Rambutan. Dilanjutkan dengan menumpang mikrolet merah yang akan mengantar kita sampai di gerbang TMII.

Sekitar pukul 09.30 saya sudah berada di kawasan TMII. Gerbang Kala Makara yang berada di muka TMII sudah terlihat megah dari kejauhan. Corak gerbang itu mirip dengan yang biasa kita ditemukan pada candi-candi di Jawa Tengah. Kala Makara dipercaya sebagai bentuk dua kekuatan yang terdiri dari kekuatan atas (matahari) dan kekuatan bawah (bumi). Sangat indah.

Sebelum memasuki gerbang indah itu, mata saya beredar mengamati sisi kanan dan kiri jalan. Di sisi kanan, ada museum Byat Alquran dan museum Islam Istiqlal, sementara di sisi kiri ada bangunan unik berbentuk tumpeng yang merupakan museum Purna Bakti Pertiwi. Karena saya berjalan di trotoar sebelah kiri, jadi saya langkahkan kaki memasuki Museum Purna Bhakti Pertiwi.


Museum Purna Bhakti Pertiwi yang mirip tumpeng.
Bangunanya sangat bagus. Saya sangat bersemangat sampai berlari-larian di halaman museum. Ternyata, di dalam bangunan tumpeng itu menyimpan koleksi berupa barang-barang keluarga mantan Presiden Soeharto, mulai dari foto keluarga sampai cinderamata dari berbagai negara.

Usai berjelajah di Museum Purna Bhakti Pertiwi, saya berjalan menuju gerbang Kala Makara. Perjalanan sangat nyaman, karena ada jalur khusus pedestrian, bahkan loket khusus pedestrian. Di loket itu pula, saya meminta denah wisata TMII kepada petugas. Nah, peta itulah yang menuntun langkah kaki saya menyusuri TMII. Target utama saya adalah anjungan dan museum.

Sebenarnya, ada banyak pilihan transportasi berkeliling TMII. Ada persewaan sepeda dan sepeda motor atau memanfaatkan bus wisata dan kereta gantung. Kali ini saya ingin berjalan kaki. Meski matahari sangat terik, di seluruh area TMII sangat rindang berkat pepohonan. Keuntungan dari jalan kaki, kita bisa dengan gampang mampir ke anjungan, taman, atau museum.

Selain itu, dengan berjalan kaki, saya jadi memiliki banyak kesempatan menyapa pengunjung atau sekadar dimintai tolong memotret. Tidak istimewa ya? Tapi saya sangat menikmatinya. Misalnya, saat bertemu sebuah keluarga dari Bandung di depan sebuah monumen. Seorang ibu tiba-tiba meminta saya memotretnya bersama keluarganya. Dari ibu yang mengaku seorang guru dari Bandung itulah saya jadi tahu monumen itu bernama Tugu Api Pancasila.

Dari Tugu Api Pancasila, saya menuju Museum Indonesia. Saya sangat suka museum ini. Berarsitektur Bali. Entah kenapa saya sangat suka dengan sesuatu yang bernuansa Bali. Museum ini menyimpan koleksi tentang semua hal yang berbau budaya tradisional Indonesia, mulai dari pakaian sampai rumah adat. Selain itu, juga ada semacam galeri seni di lantai tiga.

Museum berikutnya yang saya kunjungi adalah adalah Museum Penerangan dan Informasi, Museum Asmat, Museum Serangga, Museum Pusaka, Museum Keprajuritan, serta Museum Transportasi. Selain itu, saya juga mengunjungi berbagai anjungan yang saya lewati saat menuju museum, seperti anjungan daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Di antara anjungan itu, saya paling suka Jawa Tengah (provinsi asal saya) dan Bali.

Ada juga rumah-rumah ibadah berbagai agama dan kepercayaan di Indonesia. Ada tujuh rumah ibadah di sana, dan semuanya dibangun secara bersebelahan. Melihat rumah-rumah ibadah itu, saya seperti bisa merasakan semangat toleransi yang ingin ditularkan TMII. Ah, indahnya Indonesia yang bisa hidup berdampingan.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, sehingga sudah tiba jadwal museum untuk tutup. Sayang sekali saya belum menyelesaikan penjelajahan ini. Tapi, karena TMII tutup pukul 22.00, saya masih bisa mengunjungi beberapa anjungan. Saat kaki sudah lelah karena berjalan seharian, saya memilih duduk di tepi Danau Arsipelago (atau yang populer dengan nama Arsipel). Di danau itulah terdapat miniatur kepulauan indonesia berskala 1:10.000. Akan terlihat sangat jelas bila melintasinya menggunakan kereta gantung. Berkat danau ini, saya merasa seperti sudah berkeliling Indonesia. Menjelang senja, saya benar-benar harus menghentikan perjalanan ini.

Awalnya, saya berencana menyelesaikan penjelajahan TMII dalam satu hari. Namun, saat berada di museum atau anjungan, rasanya sangat sayang jika hanya sebentar. Walhasil, waktu yang saya butuhkan untuk mengeksplorasi satu lokasi mencapai sekitar satu jam. Akibatnya, masih banyak anjungan, museum, serta lokasi lain yang belum saya kunjungi.

Perjalanan saya mengelilingi TMII memang belum selesai, tapi saya berjanji akan menyelesaikan perjalanan itu. Paling tidak, itu akan jadi alasan saya untuk kembali lagi ke TMII.

Terus Berinovasi

Tahun ini, TMII telah menginjak usia ke-39. Saya ingin mengucapkan selamat. Tentunya, banyak pencapaian besar yang telah diraih TMII. Dari sekian banyak pencapaian itu, menurut saya hal utamanya adalah TMII telah menjadi wahana belajar dan rekreasi jutaan keluarga Indonesia. Menjadi tempat rekreasi yang menawarkan keindahan dan kekayaan negeri, sekaligus mengemban misi membangkitkan rasa bangga dan kecintaan terhadap bangsa dan Tanah Air.

Dilihat dari pengunjung yang berdatangan, ternyata TMII tak melulu jadi wahana wisata anak-anak. Ada banyak gerombolan remaja sampai rombongan orang dewasa yang turut meramaikan TMII, sambil terus menumbuhkan rasa cinta Tanah Air. Memang, ada banyak pelajaran yang bisa pengunjung peroleh dari setiap jengkal langkah kaki di TMII.

Selain itu, konsistensi TMII dalam melestarikan apa yang sudah dimiliki serta mengembangkannya, saya pikir juga luar biasa. Bila kita ingat, di era 1990-an, bermunculan banyak film yang bersetting di TMII. Saat itu, yang populer misalnya kereta gantung, anjungan, dan taman bermain. Kini, setelah puluhan tahun berselang, bayangan TMII dari televisi sudah tak sama lagi. Ya, sudah banyak berubah, lebih indah ketimbang dulu. Wajah TMII terlihat lebih segar.

Inovasi untuk menyegarkan wajah TMII memang sangat terasa. Hal pertama yang berubah misalnya pembangunan gedung Plaza Arsipel di tepi Danau Arsipel. Selain itu, kehadiran kafetaria serta keberadaan bus dan persewaan sepeda turut memperindah TMII dan memudahkan pengunjung.

Inovasi terpenting menurut saya adalah kreativitas TMII mengadakan sederet event, mulai dari perayaan tahun baru sampai ulang tahun. Nyatanya, kehadiran event-event itu mampu menarik minat masyarakat untuk terus mengunjungi TMII. Pada perayaan ulang tahun ke-39, TMII menyelenggarakan banyak acara yang terangkum dalam 11 hari. Semua event itu bertema Indonesia.

Semoga TMII semakin mengukuhkan ke-SATOE-an Indonesia, dengan semangat melestarikan budaya nusantara serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa.





2 comments:

  1. bagus kk artikelnya.. lg ikutan lomba blog TMII ya? :)
    sama hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung.
      Iya nih, sekalian menulis cerita setelah berkunjung ke TMII. Good luck lombanya yak :D

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)