Friday 3 October 2014

Empati di Ruang Publik

Masih ingat dengan Dinda? Itu loh, Dinda yang pernah menulis tentang ketidaksukaannya pada ibu hamil saat meminta bangku di kereta commuter line, di jejaring sosial Path. Mungkin kasus yang barusan terjadi ini bisa menjadi pembelajaran untuk Dinda dan Dinda-Dinda lainnya yang pengguna transportasi massal, termasuk kita (saya).

Pagi ini, di Twitter, saya membaca kabar bahwa ada seorang ibu hamil keguguran di kereta commuter line. Kejadiannya di Stasiun Cawang. Dari cari-cari informasi dengan keyword akun @CurhatKRL, ternyata ibu hamil itu berdiri sejak di kereta, tanpa ada penumpang yang memberi kursi. Kemudian, saat hampir sampai di Stasiun Cawang, ibu hamil itu didorong-dorong penumpang lainnya, hingga akhirnya kejadian mengerikan itu terjadi. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 07.00.

Foto ceceran darah di gerbong bahkan turut beredar. Kabarnya, gumpalan-gumpalan darah juga tercecer di gerbong dan peron stasiun. Sang ibu yang keguguran itu lantas ditandu dan dibawa ke Rumah Sakit Tebet.

Sebagai perempuan, saya miris membayangkan peristiwa itu terjadi. Bayangan gumpalan darah berceceran dan foto darah di gerbong tentu saja membikin ngilu. Ah, andai ada yang memberikan kursi untuk ibu hamil itu, mungkin kejadian guguran di kereta tidak perlu terjadi. Ah, andai tidak ada aksi dorong-dorongan, mungkin kejadian mengerikan itu juga tidak perlu terjadi.

Setelah kejadian seperti ini, kita pasti berandai-andai agar musibah keguguran di kereta tidak sampai terjadi. Yang mengganjal pikiran saya, ibu itu keguguran di ruang publik, di dalam sebuah sarana transportasi massal bernama kereta commuter line. Saat di sekitarnya banyak perempuan yang pernah atau akan mengalami momen bernama hamil. Sayangnya, orang-orang yang duduk dan berdiri di sekitarnya tidak memberi perhatian, hingga ibu itu kehilangan calon bayinya.

Apakah kita benar-benar sudah tidak memiliki empati lagi?

Sering kita temui, seseorang di-bully di media sosial karena bersikap atau berucap tanpa empati. Dalam sekejap, seseorang yang tanpa empati itu akan di-bully oleh ribuan orang di media sosial. Segampang itulah seseorang yang tampil dengan ke-songong-annya bisa menjadi obyek bully di media sosial. Bahkan, tak perlu waktu lama, bermunculan meme-meme bertemakan Dinda yang beredar. Entah siapa yang sedemikian punya waktu untuk membuat candaan untuk mem-bully Dinda.

Saat itu, Dinda menyebut ibu hamil sebagai orang yang malas dan manja, karena saat masuk kereta langsung meminta kursi. Dinda merasa telah berkorban dengan bangun pagi dan berangkat dari stasiun terjauh demi mendapatkan kursi. Ekspresi ketidaksukaan Dinda pada perempuan hamil itulah yang terus dibahas di media sosial. Syukurlah, Dinda segera meminta maaf atas kekhilafannya menulis keluhan tentang ibu hamil.

Baiklah, saya memang belum pernah merasakan hamil. Tapi, dari beberapa  penjelasan, kondisi fisik orang hamil memang berbeda saat kita tidak hamil. Saat hamil, sekujur tubuh terasa kaku, bengkak, dan nyeri. Bayangkan jika seorang ibu yang kondisi tubuhnya nyeri itu harus berdiri satu, dua, bahkan tiga jam di dalam kereta atau bus.

Dalam keseharian, saya adalah pengguna transportasi massal. Saya sering menjumpai perempuan hamil turut bergabung memanfaatkan transportasi massal ini. Selain itu, ada juga ibu membawa balita, difabel, dan para lanjut usia.

Saya tahu, kondisi transportasi massal kita masih berkembang. Saat jam sibuk, semua transportasi massal sedang penuh-penuhnya. Apalagi di ibu kota, di sebuah kereta commuter line. Tapi tetap saja, kita yang merasa masih mampu berdiri, perlu memberikan perhatian pada perempuan hamil, ibu membawa balita, difabel, dan para lanjut usia sebagai kalangan prioritas, dengan memberikan kursi.

Memang, empati semakin menjadi barang langka. Sering terjadi, saat ada kalangan prioritas menaiki bus atau kereta, penumpang yang duduk memilih cuek dengan “pura-pura” tidur, mendengarkan musik, atau membaca buku. Atau, saat ada yang berdiri hendak memberikan kursi untuk kalangan prioritas, yang terjadi malah kursi kita diduduki oleh orang lain yang seharusnya masih kuat berdiri.

Ah, semoga empati memang bisa menjadi bagian dari kita semua...


*Maaf, saya tidak menampilkan gambar ceceran darah ya. Kalau ingin melihat, silakan cari di Twitter.

UPDATE: Alhamdulillah, ibu hamil yang sebelumnya saya tulis keguguran, ternyata "hanya" luka kakinya yang terbuka akibat gesekan. Saat lihat darah, sang ibu shock, mengira darah itu adalah tanda keguguran. Beruntung, kandungannya tidak mengalami masalah.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)