Masih ingat dengan Dinda? Itu loh, Dinda yang pernah menulis
tentang ketidaksukaannya pada ibu hamil saat meminta bangku di kereta commuter
line, di jejaring sosial Path. Mungkin kasus yang barusan terjadi ini bisa
menjadi pembelajaran untuk Dinda dan Dinda-Dinda lainnya yang pengguna
transportasi massal, termasuk kita (saya).
Pagi ini, di Twitter, saya membaca kabar bahwa ada seorang
ibu hamil keguguran di kereta commuter line. Kejadiannya di Stasiun Cawang. Dari
cari-cari informasi dengan keyword akun @CurhatKRL, ternyata ibu hamil itu
berdiri sejak di kereta, tanpa ada penumpang yang memberi kursi. Kemudian, saat
hampir sampai di Stasiun Cawang, ibu hamil itu didorong-dorong penumpang
lainnya, hingga akhirnya kejadian mengerikan itu terjadi. Peristiwa itu terjadi
sekitar pukul 07.00.
Foto ceceran darah di gerbong bahkan turut beredar. Kabarnya,
gumpalan-gumpalan darah juga tercecer di gerbong dan peron stasiun. Sang ibu
yang keguguran itu lantas ditandu dan dibawa ke Rumah Sakit Tebet.
Sebagai perempuan, saya miris membayangkan peristiwa itu
terjadi. Bayangan gumpalan darah berceceran dan foto darah di gerbong tentu
saja membikin ngilu. Ah, andai ada yang memberikan kursi untuk ibu hamil itu,
mungkin kejadian guguran di kereta tidak perlu terjadi. Ah, andai tidak ada
aksi dorong-dorongan, mungkin kejadian mengerikan itu juga tidak perlu terjadi.
Setelah kejadian seperti ini, kita pasti berandai-andai agar
musibah keguguran di kereta tidak sampai terjadi. Yang mengganjal pikiran saya,
ibu itu keguguran di ruang publik, di dalam sebuah sarana transportasi massal
bernama kereta commuter line. Saat di sekitarnya banyak perempuan yang pernah
atau akan mengalami momen bernama hamil. Sayangnya, orang-orang yang duduk dan
berdiri di sekitarnya tidak memberi perhatian, hingga ibu itu kehilangan calon bayinya.
Apakah kita benar-benar sudah tidak memiliki empati lagi?
Sering kita temui, seseorang di-bully di media sosial karena
bersikap atau berucap tanpa empati. Dalam sekejap, seseorang yang tanpa empati itu
akan di-bully oleh ribuan orang di media sosial. Segampang itulah seseorang yang
tampil dengan ke-songong-annya bisa menjadi obyek bully di media sosial. Bahkan,
tak perlu waktu lama, bermunculan meme-meme bertemakan Dinda yang beredar.
Entah siapa yang sedemikian punya waktu untuk membuat candaan untuk mem-bully
Dinda.
Saat itu, Dinda menyebut ibu hamil sebagai orang yang malas
dan manja, karena saat masuk kereta langsung meminta kursi. Dinda merasa telah
berkorban dengan bangun pagi dan berangkat dari stasiun terjauh demi
mendapatkan kursi. Ekspresi ketidaksukaan Dinda pada perempuan hamil itulah
yang terus dibahas di media sosial. Syukurlah, Dinda segera meminta maaf atas
kekhilafannya menulis keluhan tentang ibu hamil.
Baiklah, saya memang belum pernah merasakan hamil. Tapi, dari
beberapa penjelasan, kondisi fisik orang
hamil memang berbeda saat kita tidak hamil. Saat hamil, sekujur tubuh terasa
kaku, bengkak, dan nyeri. Bayangkan jika seorang ibu yang kondisi tubuhnya nyeri
itu harus berdiri satu, dua, bahkan tiga jam di dalam kereta atau bus.
Dalam keseharian, saya adalah pengguna transportasi massal. Saya
sering menjumpai perempuan hamil turut bergabung memanfaatkan transportasi
massal ini. Selain itu, ada juga ibu membawa balita, difabel, dan para lanjut
usia.
Saya tahu, kondisi transportasi massal kita masih berkembang.
Saat jam sibuk, semua transportasi massal sedang penuh-penuhnya. Apalagi di ibu
kota, di sebuah kereta commuter line. Tapi tetap saja, kita yang merasa masih
mampu berdiri, perlu memberikan perhatian pada perempuan hamil, ibu membawa
balita, difabel, dan para lanjut usia sebagai kalangan prioritas, dengan
memberikan kursi.
Memang, empati semakin menjadi barang langka. Sering terjadi,
saat ada kalangan prioritas menaiki bus atau kereta, penumpang yang duduk
memilih cuek dengan “pura-pura” tidur, mendengarkan musik, atau membaca buku.
Atau, saat ada yang berdiri hendak memberikan kursi untuk kalangan prioritas,
yang terjadi malah kursi kita diduduki oleh orang lain yang seharusnya masih
kuat berdiri.
Ah, semoga empati memang bisa menjadi bagian dari kita
semua...
*Maaf, saya tidak menampilkan gambar ceceran darah ya. Kalau ingin melihat, silakan cari di Twitter.
UPDATE: Alhamdulillah, ibu hamil yang sebelumnya saya tulis keguguran, ternyata "hanya" luka kakinya yang terbuka akibat gesekan. Saat lihat darah, sang ibu shock, mengira darah itu adalah tanda keguguran. Beruntung, kandungannya tidak mengalami masalah.
UPDATE: Alhamdulillah, ibu hamil yang sebelumnya saya tulis keguguran, ternyata "hanya" luka kakinya yang terbuka akibat gesekan. Saat lihat darah, sang ibu shock, mengira darah itu adalah tanda keguguran. Beruntung, kandungannya tidak mengalami masalah.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)