google.com |
“Analogi kemauan adalah karat dalam emas,”
Dahlan Iskan.
Tiba-tiba
saya teringat kalimat itu. Dalam sebuah kuliah umum, Dahlan Iskan, si menteri
nyentrik itu, mengatakan analogi keren ini. Dalam uraian tentang pemuda di masa
kini, ia berkisah potensi besar yang ada pada generasi bangsa. Menurutnya, banyak
orang yang berpotensi, tapi hanya sedikit yang sampai pada tahap bertindak.
Fenomena
itu memang benar-benar terjadi. Dalam lingkup yang lebih kecil, kadang kita
masih takluk pada malas, mood, dan takut. Ketika sadar seberapa potensi diri,
bayangan besar berupa malas repot, suasana hati yang tidak nyaman, atau takut
jika gagal. Meski berupa bayangan, ternyata itulah yang berpengaruh besar pada sedikit-banyaknya
aksi nyata.
Sebuah
pencapaian memang memerlukan proses yang panjang. Harus ada sinergi antara
kemauan dan usaha. Kemauan menjadi modal utama, yang seharusnya sudah tertanam
pada diri, sebelum memulai sebuah usaha atau aksi untuk mewujudkannya.
Saya
pun pernah membaca sebuah pesan, yang kira-kira berbunyi, “Jika mampu terbang,
terbanglah. Jika tak mampu terbang, berlarilah. Jika tak mampu berlari,
merangkaklah. Apapun yang kamu lakukan, pastikan untuk tetap bergerak ke depan.”
Intinya,
bisa dan mau. Setelah sadar memiliki potensi, tinggal menumbuhkan kemauan, dan
melakukan aksi.
Pernyataan terakhir itu dari Martin Luther King Jr:
ReplyDelete"If you can't fly, the run. If you can't run then walk. If you can't walk then crawl. But whatever you do, You have to keeping MOVING FOPRWARD."
:D
Nah, itu dia. Okesip, makasih koreksinya... :D
Delete