Wednesday 25 June 2014

Menunggui Orang Sakit

Selamat makan...
Pekan lalu, adikku (panggil saja Rido) harus menjalani rawat inap di rumah sakit atau opname. Dia menjalani perawatan selama lima hari (18-22 Juni). Karena ayah dan ibu masih punya banyak pekerjaan, jadi aku yang menggantikan mereka menjaga Rido di rumah sakit.

Sebenarnya aku menjaga Rido mulai Kamis sore, karena hari Rabu masih ada urusan di kampus. Nah, pada hari Kamis itulah pengalaman menjaga orang opname dimulai. Yah, pengalaman pertama, meski itu kali kedua Rido diopname (yang pertama itu terjadi pada Januari 2013, saat dia terluka akibat tertabrak sepeda motor ketika hendak menyebrang ke sekolah. Saat itu, aku masih liburan di Bandung dan sesampainya di Semarang masih ada tanggungan kuliah. Jadi, saat aku mau menengok Rido, dia sudah dibawa ke rumah).

Hal paling menarik saat menunggui orang opname adalah momen tidur berdesak-desakan. Kamis malam, ada empat orang yang menginap untuk menunggui Rido: ayah, ibu, aku, dan seorang sepupu. Saat tidur, ayahku menempati lokasi paling enak: sofa plus pinjaman guling dari Rido (itu karena ayah tidur paling awal, sementara yang lain masih asyik menonton Indonesia Music Award di televisi). Sementara aku, ibuku, dan sepupuku tidur di karpet dengan berbantal lipatan selimut.

Jumat pagi, Rido rewel. Dia memaksa pulang, padahal dokter belum mengizinkan. Dia mengeluhkan kamar yang tidak nyaman (aneh, padahal aku nyaman-nyaman saja tuh tidur di situ) karena tidak ada pemandangan di jendela. Iya sih, karena kamar Rido yang berada di lantai dua hanya memiliki pemandangan genteng dari gedung sebelah. Saking rewelnya, dia sampai berhalusinasi (ngomong-ngomong nggak jelas gitu).
Genteng di depan jendela.
Siang itu juga, Rido dipindah ke ruang Wijayakusuma. Kebetulan di sana ada kamar kosong. Luas kamar itu hanya setengah dari ruang sebelumnya. Poin plusnya, kamar itu punya teras yang menghadap langsung ke taman. Nah, saat menjelang tidur, mulai terasa deh, kalau kamar Rido lebih sempit dibanding sebelumnya. Malam itu, ayah dan ibuku harus tidur di rumah karena mereka masih banyak pekerjaan. Sementara yang menunggui Rido ada aku, tante, dan seorang sepupu bernama Sekar (anaknya si tante).

Aku duduk di kursi di samping ranjang. Aku dan Rido terus menonton televisi, karena berencana menunggu program Stans Up Comedy, sampai kami tidak sadar Sekar dan ibunya sudah tertidur. Sekar tidur di sofa bersama guling, sementara ibunya tidur di karpet dengan posisi melintang. Jadi, aku bakal tidur di mana malam ini?

Akhirnya aku nyempil di ranjang Rido. Satu ranjang berdua. Dalam situasi seperti itu, jelas dong Rido yang dirugikan, karena ukuran badanku lebih besar ketimbang dia, hehe. Menjelang subuh, aku terbangun karena tangan kanan Rido tiba-tiba ada di mukaku. Eh ternyata, Sekar beserta si guling sudah pindah tidur ke bawah, di samping ibunya. Aku langsung mengempaskan badan di sofa, melanjutkan tidur.

Malam terakhir rido dirawat di rumah sakit, kembali yang menunggui adalah aku, ayah, dan ibu. Saat Rido, ayah, dan ibu masih menonton televisi, aku memutuskan ke luar. Aku berencana nongkrong di taman sambil ngetik-ngetik. Tapi yang terjadi kemudian adalah internetan dilanjutkan menonton film sambil duduk di ayunan. Hingga tanpa sadar, waktu sudah lewat tengah malam.

Saat kembali ke kamar, ternyata lampu dan televisi sudah dimatikan. Semua orang-orang di dalamnya sudah tidur. Ayah kembali tidur di sofa tapi dia berbantal gulungan jaket. Sementara gulingnya Rido ada di bawah, di samping ibuku. Yes, itu jatahku, hahaha.

Selain urusan tidur, hal paling wajib ada saat menunggui orang opname ya jelas kerewelan orang yang sakit. Itu juga yang aku rasakan. Apalagi, si Rido ini jenis bocah yang dasarnya memang lumayan rewel. Rewelnya bisa bermacam-macam, misalnya karena saat ke kamar mandi, darah tiba-tiba mengalir di selang infus dan dia langsung mengeluh nyeri, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia mulai menangis, minta main ayunan atau duduk di teras, tapi sesampainya di teras dia mengeluh pusing jadi harus kembali ke kamar, sampai soal minta makanan ini-itu.

Bicara soal makanan, hal yang paling (atau mungkin satu-satunya) kami nikmati selama di rumah sakit adalah saat layanan gizi. Itu tuh, saat si pasien ditawari pilihan menu makanan yang ingin dimakan. Biasanya, Bu Gizi (begitu kami memanggilnya) datang sekitar satu jam setelah sarapan diantar. Awalnya Bu Gizi akan memeriksa apakah si pasien menghabiskan makanan atau tidak (untuk sarapan, pasien tidak bisa memilih menu, dan sialnya makanan yang diantar hampir selalu sama, jadi kami agak bosan). Setelah itu, si pasien akan diminta memilih makanan, terdiri dari nasi (bubur, nasi biasa, atau nasi tim), sayur, lauk nabati, dan lauk hewani. Untuk makan siang dan malam, pilihan menunya bisa bermacam-macam dan rasanya sangat enak.

Pokoknya, setiap makanan Rido datang, aku pasti ikut mencicipi. Icip-icip juga aku lakukan saat dia dapat kue dan minuman manis, biasanya saat sore hari. Syukur-syukur, kalau dia lagi males ngemil, jadi kuenya bisa aku makan sendiri. Kalau buah, kami sangat suka pisang. Sementara kalau dapat buah selain pisang, biasanya hanya terpondok di kulkas bersama buah bawaan kerabat yang berkunjung, menunggu orang yang mau memakannya, hehehe.

Apalagi ya, pengalaman yang biasa ada saat menunggui orang opname? Menurutku, lainnya sih tidak begitu menarik, misalnya menebus resep, aktif bertanya saat ada kunjungan dokter, menemui perawat saat cairan infus habis, dan mengajak ngobrol kerabat yang berkunjung.


Sementara, ini dulu cerita pengalamanku. Nanti kalau ada lagi yang menarik, aku akan menambahkannya kok...

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)