Wednesday 10 September 2014

Terapi Kejut di Pagi Hari

Subuh tadi, tiba-tiba ada seorang kawan yang mengirim sebuah link berita via WhatsApp. Kemudian, saat link itu aku buka, ternyata berisi berita tentang pembunuhan seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya di Undip di Perumahan Graha Estetika.

Setelah membaca berita itu, seluruh badan rasanya merinding. Reaksiku hanya, “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.” Kemudian, bengong tidak percaya.


Sekitar pukul 08.00, suasana kosan mendadak ramai. Dari dalam kamar, aku bisa mendengar suara tetangga kamar, Shabrina mengobrol dengan tetangga kamar yang lain, Kak Yus. Obrolan mereka tentu saja tentang kasus pembunuhan itu. Aku masih memilih berdiam di dalam kamar, karena belum tertarik bergabung dengan obrolan mereka.

Setelah itu, tetangga kamar yang lain, Inggit, keluar kamar. Pembicaraan Shabrina dan Kak Yus semakin heboh karena Inggit adalah mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2011, sama seperti korban pembunuhan itu. Shabrina dan Kak Yus langsung membicarakan kasus pembunuhan itu dengan Inggit.

Ternyata, Inggit justru tidak tahu menahu soal kabar pembunuhan rekannya itu. Katanya, semalaman, handphonenya mati. Tapi saat disebutkan nama si korban, Inggit langsung merespon bahwa dia mengenal korban. Dia bahkan bercerita tentang si korban, termasuk pengalamannya beberapa kali jalan bareng.

Inggit juga tidak tahu alamat korban. Saat Shabrina membicarakan jarak rumah korban yang hanya 30 meter dari pos satpam, reaksinya Inggit justru, “Lah, berarti deket sama kos ini dong?” Shabrina buru-buru menjawab, “Eh, meninggalnya di Graha Estetika, bukan Graha Sapta Asri (kosan kami). Gila aja kalau meninggalnya di deket sini...”

Setelah pembicaraan itu, aku langsung muncul dari kamar. Kami kembali membicarakan kronologis pembunuhan dan orang yang diduga (maksudnya kami duga) sebagai pelaku. Kehebohan semakin menjadi kala Mbak Minah (ibu kos) datang bergabung. Tapi kemudian, kehebohan yang terjadi di teras kamar langsung teralih ke kamar kos Inggit karena Mbak Minah penasaran dengan sosok si korban dan minta ditunjukkan foto. Kemudian, yak, seperti kalian duga, mereka membicarakan sosok pribadi si korban. Ah, kalau sudah begini, aku memilih masuk ke kamar lagi saja.

Oke, dari cerita ini, memang pelajaran yang bisa diambil adalah kewaspadaan kepada orang asing. Klise memang, tapi memang begitu adanya. Perumahan Graha Estetika itu termasuk perumahan mewah, yang pintu gerbangnya bahkan ditutup pukul 17.00. Selain itu, setiap orang yang lewat harus lapor pada satpam. Nah, dugaan kami, pelaku pembunuhan itu adalah tukang bangunan yang diminta tolong paman korban untuk memasang kaca. Mungkin (ini mungkin ya) kasus pembunuhan itu adalah perampokan dengan kekerasan, karena handphone dan sepeda motor korban juga hilang. Sementara dari anjing pelacak, jejak terakhir mengarah sebuah sepatu boot.

Kejadian ini, juga mengingatkanku pada kasus “penculikan” dan pembacokan yang sempat menghebohkan pada April lalu. Saat itu, ada kasus penculikan (yang belakangan diketahui bukan penculikan, tapi kabur bersama pacar) yang disertai rumor beredarnya mobil jeep kuning untuk aksi penculikan. Akibat isu itu, banyak teman-teman kampusku yang parno jika melihat jeep kuning.


Sampai sekarang, hubungan mobil jeep kuning dengan penculikan tidak terbukti benar. Tapi ya, sekali lagi, kewaspadaan itu memang diperlukan, toh?

1 comment:

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)