Subuh tadi, tiba-tiba ada seorang kawan yang mengirim sebuah
link berita via WhatsApp. Kemudian, saat link itu aku buka, ternyata berisi berita
tentang pembunuhan seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya di Undip di Perumahan
Graha Estetika.
Setelah membaca berita itu, seluruh badan rasanya merinding.
Reaksiku hanya, “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.” Kemudian, bengong tidak
percaya.
Sekitar pukul 08.00, suasana kosan mendadak ramai. Dari dalam
kamar, aku bisa mendengar suara tetangga kamar, Shabrina mengobrol dengan tetangga
kamar yang lain, Kak Yus. Obrolan mereka tentu saja tentang kasus pembunuhan
itu. Aku masih memilih berdiam di dalam kamar, karena belum tertarik bergabung dengan
obrolan mereka.
Setelah itu, tetangga kamar yang lain, Inggit, keluar kamar. Pembicaraan
Shabrina dan Kak Yus semakin heboh karena Inggit adalah mahasiswa Sastra
Indonesia angkatan 2011, sama seperti korban pembunuhan itu. Shabrina dan Kak Yus
langsung membicarakan kasus pembunuhan itu dengan Inggit.
Ternyata, Inggit justru tidak tahu menahu soal kabar
pembunuhan rekannya itu. Katanya, semalaman, handphonenya mati. Tapi saat disebutkan
nama si korban, Inggit langsung merespon bahwa dia mengenal korban. Dia bahkan
bercerita tentang si korban, termasuk pengalamannya beberapa kali jalan bareng.
Inggit juga tidak tahu alamat korban. Saat Shabrina
membicarakan jarak rumah korban yang hanya 30 meter dari pos satpam, reaksinya
Inggit justru, “Lah, berarti deket sama kos ini dong?” Shabrina buru-buru
menjawab, “Eh, meninggalnya di Graha Estetika, bukan Graha Sapta Asri (kosan
kami). Gila aja kalau meninggalnya di deket sini...”
Setelah pembicaraan itu, aku langsung muncul dari kamar. Kami
kembali membicarakan kronologis pembunuhan dan orang yang diduga (maksudnya
kami duga) sebagai pelaku. Kehebohan semakin menjadi kala Mbak Minah (ibu kos)
datang bergabung. Tapi kemudian, kehebohan yang terjadi di teras kamar langsung
teralih ke kamar kos Inggit karena Mbak Minah penasaran dengan sosok si korban
dan minta ditunjukkan foto. Kemudian, yak, seperti kalian duga, mereka
membicarakan sosok pribadi si korban. Ah, kalau sudah begini, aku memilih masuk
ke kamar lagi saja.
Oke, dari cerita ini, memang pelajaran yang bisa diambil adalah
kewaspadaan kepada orang asing. Klise memang, tapi memang begitu adanya. Perumahan
Graha Estetika itu termasuk perumahan mewah, yang pintu gerbangnya bahkan
ditutup pukul 17.00. Selain itu, setiap orang yang lewat harus lapor pada
satpam. Nah, dugaan kami, pelaku pembunuhan itu adalah tukang bangunan yang
diminta tolong paman korban untuk memasang kaca. Mungkin (ini mungkin ya) kasus
pembunuhan itu adalah perampokan dengan kekerasan, karena handphone dan sepeda
motor korban juga hilang. Sementara dari anjing pelacak, jejak terakhir mengarah
sebuah sepatu boot.
Kejadian ini, juga mengingatkanku pada kasus “penculikan” dan
pembacokan yang sempat menghebohkan pada April lalu. Saat itu, ada kasus
penculikan (yang belakangan diketahui bukan penculikan, tapi kabur bersama
pacar) yang disertai rumor beredarnya mobil jeep kuning untuk aksi penculikan. Akibat
isu itu, banyak teman-teman kampusku yang parno jika melihat jeep kuning.
Sampai sekarang, hubungan mobil jeep kuning dengan penculikan
tidak terbukti benar. Tapi ya, sekali lagi, kewaspadaan itu memang diperlukan,
toh?
hahaha..lagi-lagi jeep kuning:D
ReplyDelete