Sunday 24 March 2013

Vella: Hidup Memang Harus Dibawa Hepi

Dian dan Vella
Baru saja kamu mampir ke kos-ku dengan air mata yang hampir menetes. Setelah duduk sebentar dan bercerita, kamu dengan mudah menekan masalah itu. Aku yang mendengar saja langsung dongkol, sementara kamu dengan kuat menahan air mata itu agar tidak menetes. Bahkan, kotak tisu yang kusodorkan juga kamu kembalikan. Ah, iya, airmatamu memang terlalu berharga untuk diteteskan. Aku tahu itu.

Ketahuilah, semangat semacam itulah yang ingin aku contoh darimu. Aku selalu ingat kalimatmu yang menurutku sangat super, “Hidup memang harus dibawa hepi kan, Di.” Aku lupa sih, kamu mengatakan kalimat ini waktu kita dalam kondisi apa. Yang pasti, iya, memang seperti itulah seharusnya. Tapi, butuh perjuangan agar bisa mendapatkan kebahagiaan versi kita sendiri. Aku masih belajar untuk itu.

Ehm, bagaimana ya, awal persahabatan kita? Yang pasti, aku sangat ingat momen nonton bareng di hari Kamis pada minggu pertama kita kuliah. Itu jadi salah satu momen keren dalam hidupku, terutama kala masih mengawali status mahasiswa. Di momen itulah, kita mulai ngobrol banyak.

Waktu itu, sebanyak sembilan orang mahasiswa baru nekat menempuh perjalanan dari Tembalang ke Simpang Lima demi menonton Sang Pencerah. Kita menunggu bis Nugroho yang lamanya minta ampun, hingga banyak yang ragu kebenaran rute yang dipilih. Semua itu demi menonton film dengan motivasi yang sangat ajaib: membuktikan kaos Swallow Kyai Dahlan dan gaya kerudung yang dipakai Nyai. Ah, ini kan gegara Mas Hedi yang mengkritisi film itu di perkuliahan. Kerennya, dosen kece kita ini bisa menyadarkan para mahasiswa yang masih polos itu tentang kaos dan kerudung yang tahun kemunculannya jauh sesudah zaman Kyai Dahlan.

Itu zaman awal kita kuliah. Semakin lama kita berada di kampus, semakin dekat pula persahabatan kita. Kini, kamu dan Dhea menjadi partner hebat bagiku untuk menghabiskan waktu di kampus. Tidak menyadari, kapan situasi mulai menyatukan kita bertiga. Tanggl 11 Juni akhirnya menjadi hari bersejarah, karena saat itulah, semangat cita-cita kita melebur bersama kokohnya Gunung Ungaran. Ya, saat itulah Three Journ dilahirkan.

Kita sama-sama suka kemping, naik gunung, menghirup patrichor, nongkrong di bawah pohon ceri, anti sungai, dan sederet kesamaan lainnya. Meski begitu, kita pun menyadari perbedaan yang ada. Dari penampilan juga sudah menunjukkan perbedaan; kamu yang stylish, sementara aku sangat berantakan. Perbedaan paling mencolok, jelas dong, soal tinggi badan! Makanya, aku selalu memanggilmu ‘Ucil,’ hahaha.

Kamu masih ingat kan, dengan sederet rencana yang belum terwujud. Dari keinginan membeli dan menyantap kue ulang tahun sendirian, sampai menapaki puncak tertinggi di Jawa. Keinginan terbesar kita, jelas dong, menjadi jurnalis hebat. Aku yakin rencana-rencana itu akan tercapai dengan indah. Semoga...

*Ini adalah surat untuk Vella. Kamu sangat layak menerimanya, karena ketangguhan kamu mengendalikan situasi versi dirimu sendiri. Ini bentuk terima kasih atas semangat yang selalu kamu tularkan. Hebat!

4 comments:

  1. ihh.. gue suka bangged bangged bangged dan give my best appreciate buat kalimat-kalimatnya dian, hehe semakin semangat lah buat jadi diri kita sendiri untuk yang terbaik :) semangat ndes !

    #preman sekseh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kita akan selalu bersama. Bertiga, dengan segala proses untuk menjadi lebih baik...

      Delete
  2. Ya Allah,Dian..Sumpah terharu banget bacanya. Kata2nya menyentuh. Speechless lha jadinya.. :')
    Well, thx for being my super bestfriend,Dian-Ucut :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukur kalau kamu suka. Ini kan emang surat buat kamu. Aku bangga dengan kalian :)

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)