Thursday, 23 May 2013

Perayaan Hari Museum Internasional

Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta.

Hari Museum Internasional atau International Museum Day diperingati setiap 18 Mei. Pada perayaannya, ada sederet acara yang digelar pemerintah, pengelola museum, atau komunitas pecinta sejarah. Nggak Cuma itu, perayaan Hari Museum Internasional juga ramai di jagad Twitland dengan hastag #IMD2013.

Sejak sehari sebelum perayaannya, jejaring sosial Twitter mulai ramai dengan kicauan bertema museum dan sejarah. Akun yang ramai berkicau tentang museum seperti @IndoHistoria dan @AsepKambali. Dua akun itu sering aku ikuti, karena memang menyajikan banyak cerita tentang sejarah dan museum. Itulah yang aku sukai.

Aku juga turut meramaikan kicauan berhastag #IMD loh. Pada 18 Mei tepat pukul 00.01 WIB, aku langsung mentwit ucapan selamat Hari Museum Internasional, dan diikuti berbagai twit tentang museum. Dalam waktu dua jam saja, aku mentwit berhastag #IMD2013 sebanyak 26.

Ah iya. Sejak beberapa hari sebelum perayaan ini, Komunitas Historia Indonesia sudah ramai mengumumkan agenda Jakarta Festival Museum Day 2013 yang salah satu acaranya berupa diskusi di depan Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta. Di sana, sang founder Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, akan bercerita banyak tentang sejarah. Nggak cuma itu, komunitas ini juga menggelar lomba Jelajah Museum untuk menyemarakkan perayaan ini.

Pemerintah DKI Jakarta bersama Forum Komunikasi Antar Museum juga merayakan Hari Museum Internasional dengan menggratiskan tiket masuk di 10 museum yang berada di bawah pengelolaannya dengan syarat mengenakan baju batik. Menurutku, cara ini kreatif untuk menarik minat pengunjung. Namun, jika mengingat tiket masuk museum yang hanya beberapa ribu, kok kayaknya nggak begitu efektif juga ya.

Aku suka ke museum, apa saja. Setidaknya aku pernah mengunjungi 12 dari sekitar 280 museum di Indonesia. Museum yang pernah aku kunjungi: Museum  Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Agung Demak, Konferensi Asia-Afrika, Pos Indonesia, Geologi, Jamu Nyonya Meneer, Ronggo Warsito, Fatahillah, Bank Madiri, Bosscha, Seni Affandi, dan La Galigo. Sudah lumayan banyak sih, tapi masih kurang lah mengingat ada ratusan museum di Indonesia yang beberapa di antaranya malah berada di kota-kota sekitar Semarang.

Ada sensasi unik kala berkunjung ke museum. Setiap mengunjungi museum, aku serasa menyeberang ke masa lampau. Lebay? Mungkin iya, tapi setidaknya itu yang aku rasakan. Ada perasaan kagum, betapa butuh proses panjang untuk sampai di masa sekarang. Selain itu, suasana tenang dengan barang khas masa lalu (atau beberapa tahun lalu) justru membuatku semakin menikmati.

Di sisa tahun 2013 ini, aku punya target mengunjungi minimal lima museum. Menurutku sih nggak terlalu sulit, karena di sekitar tempat tinggalku juga ada banyak museum seperti Mandala Bhakti dan Museum Jamu Jago di Semarang yang belum aku kunjungi. Jika mau melangkah lebih jauh lagi, ada Museum Kretek di Kudus, Museum Batik Danar Hadi Solo, Museum Batik Pekalongan, Museum RA Kartini di Rembang, dan Museum Arkeologi di Sangiran.

Terkait cita-citaku sebagai jurnalis, aku juga ingin menjejakkan kaki di Newseum. Newseum yang berada di Washington DC ini merupakan museum yang menyimpan koleksi berupa berita terpopuler dan karya jurnalistik spektakuler di dunia. Ada satu kutipan menarik yang terpasang pada marchandise yang dijual di Newseum berbunyi “Not tonight, Dear. I’m on deadline”.

Sebenarnya, Indonesia juga bisa mendirikan Newseum versi mini. Negeri ini memiliki cerita panjang tentang dunia jurnalistik. Banyak momen penting pergerakan pers Indonesia yang bisa menjadi pelajaran, mulai dari pendirian kantor surat kabar masa kolonial, pers masa orde baru, hingga sekarang.




Tulisan ini memang lebih bercerita tentang cita-citaku terkait museum. Menurutku, banyak cerita di Indonesia yang bisa menjadi pelajaran berharga di masa mendatang, termasuk jurnalistik. Aku percaya, ada banyak orang yang mencintai sejarah, dan ingin menularkan semangat cinta sejarah dan museum kepada dunia. Aku pun percaya, museum di Indonesia bisa ramai seperti yang di luar negeri, karena semakin banyak yang mencintainya. 

8 comments:

  1. dian,ternyata aq menang dari kamu lho.aq udh ke 14 museum di Indonesia^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iye iye..
      Eh, segera atur jadwal ke Mandala Bhakti dan Museum MURI ya maaak.. :D

      Delete
    2. Sippoh,,
      Tp aq mau ngalahin rekor museum-mu dl.haha..biar impas :D

      Delete
  2. Weleh, weleh, banyak banget museum yang udah kamu kunjungi, Dian.... Ckckck..
    Lama-lama kamu bisa direkrut jadi penjaga museum tuh. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih sedikit tuh, kalau dibandingkan ada 280 museum. Kamu udah ke berapa museum, Mam? Posting juga lah.. :D
      Penjaga museum? Kayaknya jadi kurator lebih seksi dah, hahaha

      Delete
    2. Baru berapa ya?? Kelupaan ngitung.....

      Delete
  3. diannn

    ajak-ajak aku kalo mo ke museum

    kalo ke museum la galigo makassar dihitung juga gakk? hoho

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuk aja. Juli-September aku mau berjelajah museum. Atau, kamu ke Semarang aja, ntar tak ajak ke museum jamu..
      La Galigo, jelas dihitung dong ya, museum keren begitu :)

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)