Saturday 22 September 2012

#7 Di Tempo, Aku Belajar... Manajemen Waktu (Tidur)

Aku pernah malu banget dengan Mas Acil karena bangun kesiangan. Waktu itu tanggal 2 Agustus, dan jam 07.30 pagi, ada SMS dari Mas Acil yang menanyakan alamat email. Tapi, aku baru bangun, buka SMS, dan membalasnya setengah jam kemudian. Saat itu, aku masih berjuang mengumpulkan nyawa dari tidur yang hanya 2 jam 30 menit. Nggak berapa lama (dua menit), ada balasan dari Mas Acil; “Coba cek, saya sudah kirim. Kabari ya.”

Monday 17 September 2012

#6 Di Tempo, Aku Belajar... Kebutuhan Menulis

Tempo bekerja dengan menulis. Media itu berbagi informasi melalui tulisan. Ketika aku di sana, berarti aku harus menulis berita. Menuliskan fakta dengan kemasan yang Tempo “mau”.

Selama sebulan, aku sama sekali tidak mengalami kebosanan akibat rutinitas magang. Pagi berangkat liputan, siang di lapangan, sore pulang kantor, dan malam waktunya pulang kos. Monoton? Tentu saja enggak. Justru sku dapat banyak hal baru ketika berada di lapangan dan kantor. Sangat berwarna. Dari isu yang diliput, sampai tulisan yang dilaporkan.

Sunday 9 September 2012

#5 Di Tempo, Aku Belajar... Mengendalikan Emosi

Selama magang di Tempo, aku mengalami banyak peristiwa unik dan baru pertama kali. Tempo berbeda dengan kuliah. Isu yang diliput juga berbeda dengan yang aku terima di bangku kuliah. Isu di sini yang langsung berkaitan dengan “masyarakat”, terlebih Jakarta, menjadi pengalaman baru.

Nggak ada liputan yang nggak meninggalkan kesan. Kenangan tentang peristiwa dan isu yang diliput, akan lebih diingat jika menumbuhkan emosi tertentu. Senang, sedih, takut, marah, semua bisa dirasakan ketika di lapangan. Selain pengalaman yang aku tulis di #3 Di Tempo, Aku Belajar... Jurnalisme Empati , ada banyak kejadian lain yang mengaduk emosi.
Ilustrasi

Friday 7 September 2012

Perempuan, Kita Punya Pilihan...

Kami mengawali Kamis, 6 September 2012, dengan kuliah Komunikasi Gender. Pukul 06.30, sudah banyak mahasiswa yang memadati kelas B104. Pada jam yang menurut saya sangat pagi itu, kami menanti kedatangan Mas Narto. Dia dosen yang di mata kami, seorang yang rajin meneriakkan hak-hak perempuan.

Kuliah masih berjalan biasa saja, berkisar kilas materi dan kontrak kuliah. Di awal pertemuan ini, Mas Narto mulai memperkenalkan mata kuliah yang akan kami jalani satu semester ke depan. Kepada kami, dia telah menularkan virus semangat perjuangan perempuan.

Foto: google.com

Thursday 6 September 2012

#4 Di Tempo, Aku Belajar... Safari Stasiun dan Terminal

Banyak hal seru dan menarik yang terjadi ketika memasuki bulan Ramadan. Jelang musim mudik, semakin banyak cerita dikemas kota besar yang akan ditinggalkan penghuninya. Jakarta dengan mayoritas warga pendatang, menjadi salahsatu kota yang terlihat sibuk jelang Lebaran.
Foto: Tempo.co
Antrean calon penumpang di loket Stasiun Pasar Senen, Jakarta
Isu seputar mudik atau pulang kampung ini sangat dicari oleh kompartemen Metro di Tempo. Sebagai Magangers, aku pasti juga akan dilibatkan. Tanggal 19 Juli, setelah peliputan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Mas Acil memintaku meluncur ke stasiun Gambir untuk mengecek kesediaan tiket kereta untuk mudik.

Tuesday 4 September 2012

#3 Di Tempo, Aku Belajar... Jurnalisme Empati

Menjadi wartawan tidak selamanya kaku dan formal. Wartawan harus mengetahui momen di mana dia bersikap kaku dan sebaliknya. Ketika di lapangan, wartawan tidak hanya mengejar berita, tapi juga mempelajari apa yang dia temukan.

Tanggal 27 Juli, aku diminta melihat kondisi korban kebakaran di Jembatan Besi, Tambora. Menuju lokasi itu, ternyata lumayan sulit. Berangkat dari Kebayoran, aku memilih busway karena alasan kepraktisan. Namun, rute jalan yang membingungkan, akhirnya membuatku melanjutkan perjalanan menggunakan angkot dua kali.
Foto: Antara

#2 Di Tempo, Aku Belajar... Profesi Wartawan

Setelah mengikuti acara launching Menjadi Indonesia dari Tempo Institute (Baca: #1 Di Tempo, Aku Belajar... Keluarga Baru ), aku datang ke kantor Tempo di Kebayoran pada Senin, 16 Agustus. Mbak Mardiyah, Mbak Icha, dan awak Tempo Institute lainnya yang tahu aku berminat di jurnalistik, langsung mengusahakan agar aku bisa magang di redaksi Tempo.
Di akhir magang, Dian berfoto bersama Mas Acil, Mas Seno, Pak Komang, dan Mas Yandi (dari kiri).
Sedangkan anggota keluarga lainnya, berfoto terpisah.

#1 Di Tempo, Aku Belajar... Keluarga Baru

Sebulan berada di Tempo, kompartemen Metro, ada banyak pelajaran yang aku terima. Mulai dari penerapan ilmu jurnalistik, penulisan berita, sampai suasana kerja wartawan yang baru kali ini aku rasakan.

Magang ini dimulai tanggal 12 Juli lalu, dan aku mengawalinya dengan bergabung di acara launching Menjadi Indonesia. Program ini merupakan sebuah kompetisi esai mahasiswa, yang intinya merangsang pemuda bangsa berpikir untuk kemajuan negerinya. Acara tahunan yang digelar sejak 2009 itu diadakan oleh Tempo Institute lho, tempat aku magang.
Foto: tempo-institute.org
Pengisi acara launching Menjadi Indonesia