Wednesday 25 July 2012

Pengamen

Di zaman yang kata orang serba sulit ini, beragam pekerjaan dilakukan untuk meraih penghasilan. Kebutuhan pokok yang harganya kian naik, memaksa sebagian orang rela melakukan pekerjaan “kasar”. Lalu lalang di jalanan yang keras, panas, dan berdebu, telah menjadi keseharian orang yang mendapat rezeki di sana, pengamen salah satunya.

foto: google.com
 Pengamen berasal dari kata “amen” yang menurut kamus Bahasa Indonesia merupakan penari, penyanyi, atau pemain musik yang tidak tetap tempat pertunjukannya, biasanya mengadakan pertunjukan di tempat umum dengan berpindah-pindah. Di kota besar, akan banyak jenis pengamen yang dapat ditemui.

Saturday 21 July 2012

Membentuk Komunitas di Pasar Kaget

Serba-serbi suasana keramaian memang selalu menarik untuk ditengok. Bagaimana orang-orang mulai membentuk komunitasnya dan saling berkomunikasi dengan komunitas lain. Kondisi yang menyejukkan mata, paling tidak terjadi pada saya, di tengah bentuk kemajemukan masyarakat.
Jumat (20/7) siang kemarin, saya diminta liputan ke Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), di daerah Menteng, Jakarta. Hampir pukul 10.00, pesan singkat dari redaktur yang meminta saya liputan, akhirnya tiba. Dengan sigap, saya yang waktu itu sudah di kantor, membuka maps.google untuk mencari lokasi MASK itu. Bermodal petunjuk maps dan tanya sana-sini, akhirnya saya meluncur ke MASK.
foto: antaranews.com
Masjid Agung Sunda Kelapa. Gerbangnya cantik yaa,,


Monday 16 July 2012

Intelek dan Pengalaman

Sebenarnya, apa yang memotivasi kita untuk mau sekolah, atau bahkan kuliah? Apa yang kita cari di bangku kuliah? Apakah “sesuatu” yang kita temukan di sana nantinya akan berguna? Sebesar apa jaminan yang diberikan sebuah “bangku” hingga sering terjadi rebutan untuk mendapatkannya?

Semua pertanyaan itu sering hinggap di kepala saya. Saya pikir, teman-teman juga demikian. Tapi, saya kembali disentakkan dengan berbagai pertanyaan itu ketika mengikuti kuliah umum bersama Dahlan Iskan di kampus. Sepertinya, menteri nyentrik ini punya solusi yang menurut saya sangat sesuai dengan yang saya harapkan. Mudah-mudahan untuk teman-teman juga demikian.
foto: google.com

Friday 13 July 2012

Pesona Kota Tua

 Cerita sebelumnya: Liburan ala Kami

Vella, Dhea, dan saya, terbangun ketika matahari sudah muncul. Butuh waktu lama bagi kami mengumpulkan seluruh nyawa dan menjaga mata tetap terbuka. Sarapan dan mandi menjadi aktivitas pertama di rumah Vella.

Setelah kami kembali wangi, perjalanan pertama siap kami lakukan. Keluar komplek perumahan, kami segera menumpang angkot dua kali untuk sampai di Terminal Kalideres. Busway menjadi alat transportasi kami selanjutnya. Cukup membayar Rp 3,5 ribu, kami akan diantarkan menuju Kota, dengan transit di Harmoni.

Menyebut nama Kota, pasti Kota Tua sudah ada di kepala. Butuh waktu dua jam bagi kami menuju lokasi itu, dari rumah Vella. Keluar dari shelter, kami langsung memasuki Museum Bank Madiri, yang menjadi museum perbankan pertama di Indonesia. 
Pintu masuk Museum Bank Mandiri


Liburan ala Kami

Semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat. Dua kata itu yang saya pikir bisa mendeskripsikan waktu dan persahabatan. Agak konyol ya, tapi biar saja lah. Bukankah kekonyolan memang diciptakan untuk bisa ditertawakan, hehe.

Senin (9/6) pagi, saya dan dua sahabat, Dhea dan Vella, sudah disibukkan dengan segala pekerjaan take home untuk ujian akhir semester ini. Mata kuliah Produksi Studio dan Penulisan Berita Penyiaran menjadi mata kuliah take home dengan pengumpulan hari Senin itu. Sejak pagi, sibuk menyunting dan bolak-balik kampus menemui dosen. Sorenya, sekitar pukul 15.00, segala kebutuhan tugas kuliah telah selesai kami kerjakan. 
Ini dia, Kaca Neraca kami