Sunday 16 March 2014

Jika Aku Menjadi Perancang Program di Televisi

Google.com
Sekitar lima tahun belakangan ini, genre komedi begitu populer mengudara di televisi Tanah Air. Ada beberapa konsep acara komedi, semisal variety show dan stand up comedy. Tapi entah kenapa, konsep acara komedi dengan menonjolkan banyolan serupa hinaan dan menjahili sesama komedian, justru yang populer.

Mengenai sosok komediannya, sekarang ini siapa saja, asal populer, bisa jadi komedian. Penyanyi, aktris sinetron, bahkan pejabat publik, bisa dihadirkan dalam panggung komedi di televisi. Tentu saja, mereka saling lempar lawakan dengan komedian yang sudah ada di program itu sebelumnya. Lawakannya ya, seperti biasanya, lempar hinaan seputar ras, gender, bahkan menyangkut perbedaan fisik. Atau bisa juga dengan menyiram tepung di kepala antarkomedian, semacam membuat temannya terkesan tidak berdaya.

Jika aku menjadi perancang program di televisi, ingin rasanya aku membuat program yang bagus, dalam artian memiliki nilai edukasi dan ramah anak-anak. Aku ingin membuat program yang, paling tidak, bisa mengarahkan penonton  pada hal positif, semisal menebar optimisme.

Sayangnya, ide yang menurutku bagus, kerap kali “mental” saat pitching. Para atasan tidak pernah setuju dengan program yang aku ajukan. Menurut mereka, program yang aku buat tidak akan laku di pasaran.

Mereka menginginkan program yang bisa mendulang banyak penonton. Rating tinggi, iklan banyak yang masuk. Mereka mengatasnamakan riset, yang menyebutkan masyarakat Indonesia suka tayangan komedi, entah bernuansa bullying atau bukan. Bulshit.

Bagi para bos televisi, acara yang laku itu harus diselipi unsur komedi. Memang sih, komedi bisa saja bagus. Tapi masalahnya, yang mereka maksudkan itu komedi bernuansa bullying, baik fisik mau pun verbal. Jangan-jangan, saat ini sudah muncul komedi baru, bernama komedi tepung dan komedi bullying.

Siapa yang memulai kecenderungan itu, bahwa masyarakat Indonesia suka tayangan komedi berbau kekerasan? Sepertinya memang televisi yang memulai, menciptakan suatu program komedi berbau kekerasan, yang kebetulan disukai orang. Celakanya, program semacam itu yang diikuti stasiun televisi lain. 

Secara kompak, program-program itu tayang di jam primetime pula. Lalu, orang-orang seperti aku, yang berada di belakang program, hanya bertugas sebagai penebar hegemoni di tengah masyarakat.

Jika sudah begini, semua pilihan aku kembalikan pada penonton Indonesia yang budiman. Pilihlah program televisi yang baik, berkualitas, dan mendidik. Jika ada nilai yang baik, tirulah. Tapi jika tidak baik, tolong abaikan dan jangan ditiru. 


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)