Wednesday, 1 August 2012

Liputan adalah Belanja, Menulis adalah Memasak

       Analogi meliput dan menulis berita adalah berbelanja di pasar dan memasaknya. Apa yang kita beli di pasar, tidak mungkin semua bahan bisa dimasak seketika. Akan jadi apa masakan itu, jika semua bahan dan bumbu yang kita temukan di pasar masuk dalam satu panci?
foto: google.com
       Analogi ini bermuara dari semacam diskusi dengan seorang wartawan di Tempo. Mas Seno, nama wartawan itu, sebelumnya sudah membaca tulisan saya, yang kala itu bertema langkanya tahu dan tempe di pasar. Tulisan pertama saya yang berbentuk feature, memang masih belum memenuhi “standar” media ini. Jadilah, diminta rewrite atau menulis ulang materi berita.

       Hari kedua, saya kembali menagih janjinya untuk kembali membaca tulisan saya, yang kali ini ada dua versi, straigh news dan feature. Sudah cukup larut malam kala itu, bahkan kami harus menjalani dua rapat terlebih dahulu. Setelah itu, barulah dia membaca tulisan saya.

       Tulisan yang saya serahkan, sudah cukup panjang. Tapi karena tulisan panjang itu, Mas Seno jadi berpikir itu terlalu panjang. Ya sudah, tidak begitu masalah, lanjutkan membaca saja.

       Dalam tulisan itu, saya memasukan sangat banyak fakta yang ditemukan di lokasi, yang juga bernama pasar. Saya ingin menyampaikan banyak informasi yang menurut saya penting. Tapi sebenarnya, itu tidak harus. Bahkan, haram dilakukan, jika tidak sesuai dengan angle atau sudut pandang yang dipilih.

       Kembali ke analogi, belanjaan itu seperti fakta yang ditemukan di lokasi kejadian. Sama ketika kita berbelanja di pasar dan menemukan bahan makanan menarik untuk dimasak. Dalam pikiran kita saat itu, tentu ingin memasak dengan enak yang terdiri dari bahan-bahan kategori “bagus” dari pasar.

       Tidak ada yang salah dengan membeli banyak bahan masakan untuk dibawa pulang. Justru, sangat disarankan. Ketika di pasar, carilah bahan-bahan menarik yang terlihat enak ketika dimasak nanti. Jelajahi seluruh area pasar untuk menemukan berbagai bahan yang langka, atau tidak pernah ditemukan di pasar lain.

       Setelah berbelanja di pasar, yang akan dilakukan selanjutnya adalah memasak bahan yang didapat dari pasar itu. Terserah ingin masak apa saja, yang bahannya telah dibeli dari pasar. Tapi sebelum mulai memasak, pasti diawali dengan mempertanyakan; “Saya mau masak apa?”

       Sama halnya dengan menulis berita. Menu masakan yang akan dibuat itu seperti angle dalam penulisan berita. Bisa apa saja yang menarik kita jadikan angle. Sama juga dengan menu masakan yang akan dibuat, terserah apa saja, yang menurut kita akan enak.

       Angle di sini menjadi sangat penting, karena menjadi penentu huruf pertama yang akan kita tulis (ketik). Selama menulis, kita hanya boleh memikirkan angle itu, sama sekali tidak boleh melenceng. Ini dilakukan agar alur berita menjadi jelas, tidak ada permasalahan yang ditumpuk-tumpuk. Untuk memilih angle berita, tetap harus memperhatikan pula bahan atau materi yang dikumpulkan.

       Dalam satu tulisan berita, hanya boleh ada satu angle. Ketika memilih materi untuk tulisan, gunakan hanya yang sesuai angle. Jika menulis asal memasukkan informasi atau fakta, akan kacau tulisannya. Dalam hal ini, pembaca tidak akan menemukan benang merah. Sama halnya dengan memasak, tentukan mau masak apa, dan masukkan semua bahan yang sesuai. Jangan sampai ketika ingin memasak sayur sup, semua bahan dan bumbu yang telah dibeli masuk dalam panci. “Jadi kayak apa itu rasanya? Kacau!,” begitu kata Mas Seno.

*Dian sangat berterimakasih atas ilmu yang telah dibagi. Ke depan, saya akan semakin sering “menagih” Mas Seno untuk baca hasil masakan saya, hehe...

6 comments:

  1. Semangat Dian, tulisan aku kemarin juga jrlek banget kata senior, angle sama judulnya masih kacau aduhhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama semangat ya, hehe. Aku terus belajar di sini. Nanti lah, dishare lagi, hehe. Guruku: Mas Acil, Mas Seno, Mas Hasim, dan Mbak Martha. Mungkin nanti kamu ada kesempatan kenalan :)

      Delete
  2. suka sekali dengan kata "analogi" ya? aku juga menemukan kata ini di artikel "Memberi dan Menerima" :) SEMANGAT BERPROSES DALAM MENULIS !!
    *ditunggu menu-menu (menulis) lainnya :)
    **suka pilihan warna background blogmu, cerah dan menggubah "selera" untuk melahab informasi yang disajikan,haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, iya ya. Sepertinya hanya kata itu yang bisa mewakili sebuah perumpamaan yang sederhana mbak. Masih terus dipacu kreatif nih, cari kata lain.hehe.
      Asiiikkk.. Mbak Nasti suka warna orage. Dian juga suka warna orange, meski nggak suka buah orange. Trimakasih sudah mampir :)

      Delete
  3. Keren banget analoginya...
    #numpang muji

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaahh.. Sekalinya muji, yang dipuji karya orang lain.. Langsung ke Mas Seno aja..
      Dia yang menciptakan analogi itu. Akan ada seri kedua lho. Proses penulisan nih.

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)