Selamat makan... |
Pekan lalu,
adikku (panggil saja Rido) harus menjalani rawat inap di rumah sakit atau
opname. Dia menjalani perawatan selama lima hari (18-22 Juni). Karena ayah dan
ibu masih punya banyak pekerjaan, jadi aku yang menggantikan mereka menjaga Rido
di rumah sakit.
Sebenarnya aku
menjaga Rido mulai Kamis sore, karena hari Rabu masih ada urusan di kampus.
Nah, pada hari Kamis itulah pengalaman menjaga orang opname dimulai. Yah,
pengalaman pertama, meski itu kali kedua Rido diopname (yang pertama itu terjadi
pada Januari 2013, saat dia terluka akibat tertabrak sepeda motor ketika hendak
menyebrang ke sekolah. Saat itu, aku masih liburan di Bandung dan sesampainya
di Semarang masih ada tanggungan kuliah. Jadi, saat aku mau menengok Rido, dia
sudah dibawa ke rumah).
Hal paling
menarik saat menunggui orang opname adalah momen tidur berdesak-desakan. Kamis
malam, ada empat orang yang menginap untuk menunggui Rido: ayah, ibu, aku, dan seorang
sepupu. Saat tidur, ayahku menempati lokasi paling enak: sofa plus pinjaman guling
dari Rido (itu karena ayah tidur paling awal, sementara yang lain masih asyik menonton
Indonesia Music Award di televisi). Sementara aku, ibuku, dan sepupuku tidur di
karpet dengan berbantal lipatan selimut.
Jumat pagi,
Rido rewel. Dia memaksa pulang, padahal dokter belum mengizinkan. Dia mengeluhkan
kamar yang tidak nyaman (aneh, padahal aku nyaman-nyaman saja tuh tidur di
situ) karena tidak ada pemandangan di jendela. Iya sih, karena kamar Rido yang berada
di lantai dua hanya memiliki pemandangan genteng dari gedung sebelah. Saking
rewelnya, dia sampai berhalusinasi (ngomong-ngomong nggak jelas gitu).
Genteng di depan jendela. |
Siang itu
juga, Rido dipindah ke ruang Wijayakusuma. Kebetulan di sana ada kamar kosong. Luas
kamar itu hanya setengah dari ruang sebelumnya. Poin plusnya, kamar itu punya
teras yang menghadap langsung ke taman. Nah, saat menjelang tidur, mulai terasa
deh, kalau kamar Rido lebih sempit dibanding sebelumnya. Malam itu, ayah dan
ibuku harus tidur di rumah karena mereka masih banyak pekerjaan. Sementara yang
menunggui Rido ada aku, tante, dan seorang sepupu bernama Sekar (anaknya si
tante).
Aku duduk di
kursi di samping ranjang. Aku dan Rido terus menonton televisi, karena berencana
menunggu program Stans Up Comedy, sampai kami tidak sadar Sekar dan ibunya
sudah tertidur. Sekar tidur di sofa bersama guling, sementara ibunya tidur di
karpet dengan posisi melintang. Jadi, aku bakal tidur di mana malam ini?
Akhirnya aku
nyempil di ranjang Rido. Satu ranjang berdua. Dalam situasi seperti itu, jelas
dong Rido yang dirugikan, karena ukuran badanku lebih besar ketimbang dia,
hehe. Menjelang subuh, aku terbangun karena tangan kanan Rido tiba-tiba ada di
mukaku. Eh ternyata, Sekar beserta si guling sudah pindah tidur ke bawah, di
samping ibunya. Aku langsung mengempaskan badan di sofa, melanjutkan tidur.
Malam terakhir
rido dirawat di rumah sakit, kembali yang menunggui adalah aku, ayah, dan ibu. Saat
Rido, ayah, dan ibu masih menonton televisi, aku memutuskan ke luar. Aku berencana
nongkrong di taman sambil ngetik-ngetik. Tapi yang terjadi kemudian adalah
internetan dilanjutkan menonton film sambil duduk di ayunan. Hingga tanpa sadar,
waktu sudah lewat tengah malam.
Saat kembali
ke kamar, ternyata lampu dan televisi sudah dimatikan. Semua orang-orang di
dalamnya sudah tidur. Ayah kembali tidur di sofa tapi dia berbantal gulungan
jaket. Sementara gulingnya Rido ada di bawah, di samping ibuku. Yes, itu
jatahku, hahaha.
Selain urusan
tidur, hal paling wajib ada saat menunggui orang opname ya jelas kerewelan
orang yang sakit. Itu juga yang aku rasakan. Apalagi, si Rido ini jenis bocah
yang dasarnya memang lumayan rewel. Rewelnya bisa bermacam-macam, misalnya
karena saat ke kamar mandi, darah tiba-tiba mengalir di selang infus dan dia
langsung mengeluh nyeri, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia mulai menangis, minta
main ayunan atau duduk di teras, tapi sesampainya di teras dia mengeluh pusing
jadi harus kembali ke kamar, sampai soal minta makanan ini-itu.
Bicara soal
makanan, hal yang paling (atau mungkin satu-satunya) kami nikmati selama di
rumah sakit adalah saat layanan gizi. Itu tuh, saat si pasien ditawari pilihan
menu makanan yang ingin dimakan. Biasanya, Bu Gizi (begitu kami memanggilnya)
datang sekitar satu jam setelah sarapan diantar. Awalnya Bu Gizi akan memeriksa
apakah si pasien menghabiskan makanan atau tidak (untuk sarapan, pasien tidak
bisa memilih menu, dan sialnya makanan yang diantar hampir selalu sama, jadi
kami agak bosan). Setelah itu, si pasien akan diminta memilih makanan, terdiri
dari nasi (bubur, nasi biasa, atau nasi tim), sayur, lauk nabati, dan lauk
hewani. Untuk makan siang dan malam, pilihan menunya bisa bermacam-macam dan
rasanya sangat enak.
Pokoknya, setiap
makanan Rido datang, aku pasti ikut mencicipi. Icip-icip juga aku lakukan saat
dia dapat kue dan minuman manis, biasanya saat sore hari. Syukur-syukur, kalau
dia lagi males ngemil, jadi kuenya bisa aku makan sendiri. Kalau buah, kami
sangat suka pisang. Sementara kalau dapat buah selain pisang, biasanya hanya
terpondok di kulkas bersama buah bawaan kerabat yang berkunjung, menunggu orang
yang mau memakannya, hehehe.
Apalagi ya, pengalaman
yang biasa ada saat menunggui orang opname? Menurutku, lainnya sih tidak begitu
menarik, misalnya menebus resep, aktif bertanya saat ada kunjungan dokter, menemui
perawat saat cairan infus habis, dan mengajak ngobrol kerabat yang berkunjung.
Sementara,
ini dulu cerita pengalamanku. Nanti kalau ada lagi yang menarik, aku akan menambahkannya
kok...
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)