Malam ini Indonesia mendadak ramai dengan kenaikan bahan
bakar minyak sebesar Rp 2 ribu per liter. Di mana-mana orang membahas kenaikan
harga BBM bersubsidi, termasuk di ranah maya. Hastag #BBMNaik bahkan merajai trending topic dunia.Berita yang
diunggah akun media massa di media sosial juga seputar kenaikan harga BBM
bersubsidi. Bahkan ada yang live report
dengan mengunggah foto antrean di berbagai SBPU. Bisa dipastikan, headline pemberitaan surat kabar edisi besok
adalah seputar kenaikan harga BBM.
Harga BBM bersubsidi yang sebelumnya Rp 6,5 ribu per liter kini
menjadi Rp 8,5 ribu per liter untuk Premium. Sedangkan solar yang sebelumnya Rp
5,5 ribu per liter menjadi Rp 7,5 ribu per liter. Akibat kenaikan itu, suasana kos
juga ikut ramai. Tetangga kamar yang menggunakan mobil sebagai moda
transportasi memilih langsung tancap gas menuju SPBU untuk mengisi bahan bakar.
Saat kembali ke kosan, dia bercerita telah berhasil membeli 36 liter BBM bersubsidi.
Sementara tetangga kos lainnya, memilih tidak ikut mengantre lantaran
menggunakan sepeda motor. Data tampung tangki motor yang berkisar 2-3 liter,
menurutnya tidak banyak membantunya berhemat.
Kenaikan harga bisa dipastikan merembet pada kenaikan barang
kebutuhan harian lainnya. Dari harga makanan sampai bahan kebutuhan lainnya. Ongkos
transportasi massal juga kemungkinan turut naik. Angkot di sekitar kampus yang
ongkosnya Rp 2,5 ribu, semoga tidak ikut naik. Kalau pun mau naik, semoga besarannya
Rp 500 saja, menjadi Rp 3 ribu. Solusi transportasi ideal tentu jenis angkutan
umum yang tidak mungkin menaikkan tarif meski ada kenaikan harga BBM. Jawaban
untuk warga Semarang adalah Transemarang, yang bertarif Rp 3,5 ribu untuk
dewasa dan Rp 1 ribu bagi yang berseragam sekolah.
Baiklah, dari diskusi singkat di teras kamar, saya bersama
dua tetangga kamar kos harus benar-benar berusaha berhemat. Bagi kami yang
masih mengandalkan kiriman orang tua, tentu tidak mungkin langsung menuntut
kenaikan uang saku karena harga BBM bersubsidi naik. Mereka di sana juga
mengalami dampak yang sama kan?
Semoga pengalihan subsidi benar-benar tepat sasaran. Saudara kita
di luar Jawa, bisa saja mengalami dampak yang lebih besar. Di Indonesia bagian timur,
saudara-saudara kita biasa membeli bensin Rp 10 ribu - Rp 20 ribu per liter,
sedangkan konsumsi bensin juga tinggi. Bayangkan saja, untuk menuju desa
tetangga atau kantor kecamatan, mereka karus menggunakan speedboad berjam-jam
yang tentu saja harus diberi minum bensin berliter-liter.
Janji pemerintah untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur dari hasil pengalihan subsidi BBM, semoga saja bisa berjalan
dengan baik. Ketimbang mengutuk kebijakan yang jelas sudah berlaku, mending
kita berdoa saja agar niat memeratakan (atau meningkatkan) pembangunan di
negeri tercinta ini bisa tercapai. Aamiin.
*Tulisan iseng hasil terbengong-bengong melihat foto antrean
pembeli BBM di SPBU
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)