Sunday, 13 December 2015

Mencoba Berjodoh


Disclaimer: Tulisan ini bukan tentang percintaan. Sama sekali bukan. Tulisan ini sekadar pikiran iseng yang kebetulan lewat di kepala. Jika mengharap tulisan tentang cinta, yang saya benar-benar tidak mampu membuatnya, silakan langsung ditutup saja halaman ini.

Jodoh. Setiap orang bisa mengharapkan dirinya berjodoh dengan suatu hal. Tentunya yang diharapkan menjadi jodoh adalah hal yang baik-baik. Terlepas dari keinginan yang kita segera bertemu jodoh, tetap Tuhan-lah yang akan mengatur semuanya. Setiap orang bisa memimpikan jodohnya, yang kehadirannya bisa terinspirasi dari mana saja. Lagi pula, memimpikan jodoh sama sekali tidak berdosa.

Pada kenyataannya, setiap hal di dunia ini terjadi berdasarkan takdir yang berasas kejodohan. Setiap hal, apa saja, yang melibatkan dua pihak tidak akan bertemu jika tidak berjodoh. Jodoh ini tidak melulu soal pasangan ya, karena jodoh juga menyangkut hal-hal kecil yang kita inginkan. Contoh sederhananya, buku. Ya, saya ingin mencontohkan beberapa usaha saya berjodoh dengan buku.


Saya memiliki daftar buku yang ingin (harus) saya dapatkan. Ada buku yang sudah saya baca dari hasil pinjam di perpustakaan, ada juga buku yang masih berupa angan-angan. Setiap berkesempatan mampir ke toko buku (terutama yang belum pernah saya kunjungi), saya akan mengecek keberadaan buku-buku itu. Tapi sering kali, buku yang saya cari-cari tidak ketemu. Entah memang langka atau mereka tidak mau berjodoh dengan saya.

Yang bikin jengkel adalah saat saya mendapatkan buku dengan susah payah, tetapi tak lama kemudian, buku itu berpose cantik di depan mata tanpa diundang. Kisah seperti ini biasanya terjadi saat saya baru membeli buku secara online. Euforia mendapatkan buku impian hanya sesaat, karena sebal akan muncul sesudahnya.

Ada pula buku yang saya cari sampai ke kota yang berjarak ratusan kilometer dari Semarang. Di kota itu pun, menemukan si buku  juga tak gampang. Saya harus berpindah ke beberapa toko buku untuk benar-benar mendapatkannya. Sekembalinya di Semarang, saya sangat bersemangat membaca buku itu. Bahkan saat menungu dosen datang untuk perkuliahan, saya lebih memilih membaca buku itu ketimbang mengobrol dengan kawan di sebelah. Melihat buku saya itu, ada seorang teman yang juga ingin membacanya. Dia ingin meminjam setelah saya rampung membaca si buku.

Kejutannya, saat perkuliahan esok harinya, dia langsung pamer, bahwa dia menemukan si buku di toko buku Toga Mas yang lokasinya hanya beberapa kilometer dari kampus. Selain itu, buku dari Toga Mas itu mendapat diskon 20 persen dan dibonus sampul plastik rapi! What the merde!

Kenapa saya harus repot-repot ke luar kota kalau bisa mendapatkan buku itu di kota sendiri? Kalau kata pepatah, “semut di seberang lautan tampak, tetapi gajah di pelupuk mata malah tak tampak”.

Hal menyebalkan lain misalnya saat menemukan buku menarik tetapi kondisi keuangan sedang sekarat. Apalagi saat buku menarik itu hanya tersisa satu atau dua buah. Ini dilema yang luar biasa. Tapi, karena khawatir kehabisan dan tidak menemukan buku itu lagi, sering kali saya lebih memilih langsung membeli dan ekstrahemat di hari-hari berikutnya. Nah, puncak jengkelnya adalah sepekan kemudian saat datang kembali ke toko buku saya melihat stok buku itu bertambah! Tahu begitu, saya tunda dulu membeli bukunya...

Ini beberapa ceritaku mengejar jodoh. Jodoh memang tidak datang secara tiba-tiba karena harus pakai usaha. Jalan menemukan jodoh tiap orang juga berbeda-beda. Kamu juga pasti punya cerita soal jodoh-jodohan ini. Mau cerita?


3 comments:

  1. Sama, di...

    Kalo aku jodohnya sama body shop.

    Nyari keliling dmn2 gak ketemu. Pas gak nyari, eh ketemu sendiri.

    ReplyDelete
  2. Sama, di...

    Kalo aku jodohnya sama body shop.

    Nyari keliling dmn2 gak ketemu. Pas gak nyari, eh ketemu sendiri.

    ReplyDelete
  3. Hehehe..ceritamu lucu,Di.Tapi aku juga sering sih begini buat soal baju :D

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)