Disclaimer: Tulisan ini bukan tentang percintaan. Sama sekali
bukan. Tulisan ini sekadar pikiran iseng yang kebetulan lewat di kepala. Jika
mengharap tulisan tentang cinta, yang saya benar-benar tidak mampu membuatnya, silakan
langsung ditutup saja halaman ini.
Jodoh. Setiap orang bisa mengharapkan dirinya berjodoh dengan
suatu hal. Tentunya yang diharapkan menjadi jodoh adalah hal yang baik-baik.
Terlepas dari keinginan yang kita segera bertemu jodoh, tetap Tuhan-lah yang akan
mengatur semuanya. Setiap orang bisa memimpikan jodohnya, yang kehadirannya bisa
terinspirasi dari mana saja. Lagi pula, memimpikan jodoh sama sekali tidak
berdosa.
Pada kenyataannya, setiap hal di dunia ini terjadi
berdasarkan takdir yang berasas kejodohan. Setiap hal, apa saja, yang
melibatkan dua pihak tidak akan bertemu jika tidak berjodoh. Jodoh ini tidak
melulu soal pasangan ya, karena jodoh juga menyangkut hal-hal kecil yang kita
inginkan. Contoh sederhananya, buku. Ya, saya ingin mencontohkan beberapa usaha
saya berjodoh dengan buku.
Saya memiliki daftar buku yang ingin (harus) saya dapatkan.
Ada buku yang sudah saya baca dari hasil pinjam di perpustakaan, ada juga buku yang
masih berupa angan-angan. Setiap berkesempatan mampir ke toko buku (terutama
yang belum pernah saya kunjungi), saya akan mengecek keberadaan buku-buku itu. Tapi
sering kali, buku yang saya cari-cari tidak ketemu. Entah memang langka atau mereka
tidak mau berjodoh dengan saya.
Yang bikin jengkel adalah saat saya mendapatkan buku dengan
susah payah, tetapi tak lama kemudian, buku itu berpose cantik di depan mata
tanpa diundang. Kisah seperti ini biasanya terjadi saat saya baru membeli buku secara
online. Euforia mendapatkan buku impian hanya sesaat, karena sebal akan muncul
sesudahnya.
Ada pula buku yang saya cari sampai ke kota yang berjarak
ratusan kilometer dari Semarang. Di kota itu pun, menemukan si buku juga tak gampang. Saya harus berpindah ke
beberapa toko buku untuk benar-benar mendapatkannya. Sekembalinya di Semarang,
saya sangat bersemangat membaca buku itu. Bahkan saat menungu dosen datang
untuk perkuliahan, saya lebih memilih membaca buku itu ketimbang mengobrol
dengan kawan di sebelah. Melihat buku saya itu, ada seorang teman yang juga ingin
membacanya. Dia ingin meminjam setelah saya rampung membaca si buku.
Kejutannya, saat perkuliahan esok harinya, dia langsung
pamer, bahwa dia menemukan si buku di toko buku Toga Mas yang lokasinya hanya
beberapa kilometer dari kampus. Selain itu, buku dari Toga Mas itu mendapat
diskon 20 persen dan dibonus sampul plastik rapi! What the merde!
Kenapa saya harus repot-repot ke luar kota kalau bisa
mendapatkan buku itu di kota sendiri? Kalau kata pepatah, “semut di seberang
lautan tampak, tetapi gajah di pelupuk mata malah tak tampak”.
Hal menyebalkan lain misalnya saat menemukan buku menarik
tetapi kondisi keuangan sedang sekarat. Apalagi saat buku menarik itu hanya
tersisa satu atau dua buah. Ini dilema yang luar biasa. Tapi, karena khawatir kehabisan
dan tidak menemukan buku itu lagi, sering kali saya lebih memilih langsung
membeli dan ekstrahemat di hari-hari berikutnya. Nah, puncak jengkelnya adalah sepekan
kemudian saat datang kembali ke toko buku saya melihat stok buku itu bertambah!
Tahu begitu, saya tunda dulu membeli bukunya...
Ini beberapa ceritaku mengejar jodoh. Jodoh memang tidak
datang secara tiba-tiba karena harus pakai usaha. Jalan menemukan jodoh tiap
orang juga berbeda-beda. Kamu juga pasti punya cerita soal jodoh-jodohan ini.
Mau cerita?
Sama, di...
ReplyDeleteKalo aku jodohnya sama body shop.
Nyari keliling dmn2 gak ketemu. Pas gak nyari, eh ketemu sendiri.
Sama, di...
ReplyDeleteKalo aku jodohnya sama body shop.
Nyari keliling dmn2 gak ketemu. Pas gak nyari, eh ketemu sendiri.
Hehehe..ceritamu lucu,Di.Tapi aku juga sering sih begini buat soal baju :D
ReplyDelete