Baiklah, judulnya memang kelewat lebay. Saya hanya bingung
harus memberi judul apa untuk tulisan ini.
Pekan ini, saya diundang mengikuti tes seleksi dan wawancara untuk
mengisi posisi reporter di sebuah radio. Setelah saya memperkenalkan diri,
seorang pewawancara (dari tujuh pewawancara) bertanya seputar aktivitas ngeblog
yang saya jalani sejak 2012. Pewawancara ini, yang sayangnya saya tidak tahu
namanya, langsung menyebutkan bahwa tulisan terakhir saya di blog diposting
pada 5 Mei 2015. Astaga. Itu artinya sudah tujuh bulan saya tidak memposting
apa-apa di blog. Sementara sekarang kita sudah berada di pengujung tahun.
Saat ditanya alasan lama tak menulis di blog, saya cuma bisa nyengir.
Jujur saja, saya bingung mau menjawab apa. Kemudian ada pewawancara lain yang
ikut bertanya, “Kamu sibuk ya sampai tidak sempat nulis di blog?”. Saya semakin
kesusahan menyusun jawaban. Sibuk? Tentu saja bukan itu alasannya.
Sebenarnya, saya menyimpan banyak ide tulisan di laptop.
Tetapi ya itu, masih berupa ide kasar yang sangat mentah. Saat mendapat ide
menulis, biasanya saya langsung menulis garis besar ide itu. Sayangnya, ide-ide
itu mentok di konsep, tanpa aksi untuk merampungkan dan mempostingnya di blog. Bentuknya
bermacam-macam, ada yang cuma lima kalimat, ada juga yang sudah jadi beberapa
paragraf.
Sekarang, saya memutuskan insaf. Saya berniat bersih-bersih
konsep yang lama tidak terjamah. Apa gunanya menulis konsep kalau cuma mondok
di laptop dan tidak ada niat merampungkannya?
Nah, sampai tahun ini berakhir, saya menargetkan minimal tiga
konsep tulisan yang akan saya rampungkan. Lah, kok cuma tiga? Memang, angka
tiga itu terkesan sedikit sekali, apalagi mengingat ada lebih dari 20 ide
tulisan yang saya simpan. Tetapi, untuk memilih ide mana yang akan
dirampungkan, tentu saja saya memiliki pertimbangan. Tidak bisa asal comot.
Pertimbangan saya misalnya soal kelengkapan bahan dan kekinian tulisan, karena
pasti ada beberapa ide saya yang basi. Selain itu, saya tidak ingin membuat
target yang terlalu muluk-muluk. Ketinggian, tapi tidak mampu saya jangkau. Lagipula,
sisa waktu di tahun ini tinggal 18 hari. Yah, jika saya menargetkan tiga
tulisan, berarti saya harus merampungkan satu tulisan setiap pekan.
Jujur saja, saya hampir lupa kalau punya blog dan bertanggung
jawab mengisinya dengan tulisan. Boro-boro mengisi, menengok saja sudah
berbulan-bulan tidak saya lakukan. Saat sudah di luar ruang wawancara, saya
segera mengecek nasib blog yang terabaikan itu. Ternyata benar terakhir saya posting
itu tanggal 5 Mei 2015 dan di tahun ini baru ada tiga tulisan. Iya, tulisan
saya tahun ini hanya ada tiga. Kok jauh sekali ya dengan pencapaian saya di tahun-tahun
sebelumnya. Untung pewawancara tadi
tidak membahas tulisan yang cuma tiga biji tahun ini.
Saya tahu, blog dapat menjadi pertimbangan perusahaan media
massa untuk mengira-ngira kualitas tulisan calon karyawannya. Tetapi saya lupa,
kalau konsistensi menulis calon reporter juga dapat dilihat dari seberapa
sering dia ngeblog. Kenapa saya bisa lupa poin itu? Padahal saat memutuskan
membuat blog ini, saya berjanji pada diri sendiri akan rajin menulis.
Kalau diumpamakan rumah, maka blog saya tak berbeda dengan hunian
mangkrak. Rumah yang melewati dua musim tanpa ada aktivitas apa-apa, dari masih
musim kemarau, hingga sekarang yang sudah masuk musim penghujan. Dulu jadi
rumah yang berdebu dengan sarang laba-laba, sekarang menjadi rumah yang becek
bahkan lumutan.
Ah, pokoknya saya ingin insaf. Saya akan mulai menulis
lagi...
Saatnya bersih-bersih rumahmu, Dian. Saya boleh membantu, ndak? =)) Hahahahahaha.....
ReplyDeleteAaarrggggg.. Menyebalkan. Kenapa kamu harus jadi orang pertama yang membaca tulisan ini? Tenang mam, kamu tidak perlu repot-repot membantu, karena aku tahu niatmu hanya meledek..
DeleteHuahahahahahahaha.....tenang, Dian. kamu kan emang udah jadi tetangga "rumah"ku. jadi wajar aku langsungtahu kalau kamu pulang ke "rumah"mu. :P :P :P
DeleteHahaha. Iya, akhirnya tetanggamu ini pulang. Sudah jijik banget lihat rumahnya lumutan hehe..
Delete