Wednesday, 4 May 2016

Kantor Menteri Mati Lampu

Kantor Menteri Mati Lampu

Semalam, banyak peristiwa absurd terjadi. Semua peristiwa absurd itu bermula dari listrik padam di sebuah kantor kementerian koordinator, yang kita sebut saja Kemenko Perekonomian.

Sekitar pukul 17.50, saat sebagian wartawan sibuk menulis berita dan sebagian lainnya heboh mengeluh lapar sambil menunggu pesanan mi goreng untuk makan malam datang, lampu di kantor menteri itu mendadak mati. Suasana semakin heboh. Alasan kehebohan itu sih karena banyak baterai ponsel atau laptop sudah di ambang sekarat.


Beberapa orang masih mencoba fokus merampungkan tanggung jawabnya, terutama wartawan koran yang sudah dikejar deadline. Suasana kerja di press room langsung berubah. Mereka yang bekerja dengan laptop masih tetap bertahan di press room, termasuk saya. Sementara sebagian lainnya, yang menggunakan ponsel, memilih melanjutkan pekerjaannya di lobi. Press room mendadak sepi.

Di antara wartawan, situasi mati lampu itu tetap saja dijadikan guyonan. Kami menduga-duga PT. PLN ngambek. Pasalnya, tiga jam sebelumnya, Menko Perekonomian, Pak Darmin, menyatakan akan memanggil Menteri ESDM dan Dirut PT. PLN karena belum memberlakukan diskon untuk industri padat karya yang beroperasi tengah malam. Padahal, diskon itu masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid III dan sudah diumumkan pada Oktober tahun lalu.

Sesaat sebelum mati lampu itu, ternyata Republika, dan Metrotvnews.com, dan Liputan6.com sudah mengunggah berita soal pemanggilan itu. Bisa jadi kan, PLN-nya sudah membaca berita itu dan ngambek karena mau dipanggil, hehe.

Anehnya, mati lampu hanya terjadi di gedung yang menjadi kantor Menko Perekonomian. Bahkan, lampu di taman gedung ini masih menyala. Jika melongok ke Jendela, gedung yang berlokasi di sebelah Kemenko Perekonomian seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, masih sangat terang benderang. Celakanya, genset di gedung ini sudah rusak, karena sudah sangat lama sekali tidak terjadi pemadaman. Kantor kemenko yang mati lampu pun langsung masuk ke berita online, seperti Detik.com dan Republika.co.id.

Oiya, saat mati lampu itu, baterai laptop saya tersisa 20-an persen, dan saya masih memotong suara untuk insert berita. Sementara tulisan beritanya? Belum terbikin sama sekali. Berita yang saya bikin itu tentu saja juga tentang Menteri ESDM dan Dirut PLN yang bakal diundang Pak Darmin, hehe. Lapor ke kantor soal kantor kemenko yang mati lampu, akhirnya malah ditertawakan.

Selama mati lampu itu, situasi gedung benar-benar gelap gulita. Tak ada lilin atau lampu darurat. Untuk penerangan, kami hanya mengandalkan cahaya dari ponsel atau power bank. Apalagi saat mau ke toilet dan mushala, suasananya benar-benar sepi. Bahkan, Mbak Uci sampai harus mengganjal pintu toilet dengan tempat sampah karena takut pintu mendadak terkunci.

Saat mati lampu itu, Pak Darmin sedang menggelar rapar koordinasi dengan kelapa sawit bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin. Katanya sih rapat sempat terhenti karena mati lampu. Tetapi yang menyebalkan, efek gelap pula, kami sampai kebobolan Menperin yang turun lewat tangga dan langsung meninggalkan gedung. Bahkan, Pak Satpam juga tidak ngeh, kalau yang melewatinya adalah si menteri.

Situasi menjadi semakin absurd karena di press room tiba-tiba tercium wangi kemenyan. Saya dan Arme yang duduk di pojok ruangan langsung saling lirik dan berjalan cepat menuju meja satpam di lobi. Ternyata oh ternyata, sumber aroma kemenyan itu adalah rokok yang disulut oleh Pak Nanang (sopir Pak Darmin) diberi taburan kemenyan. Astagaa.. Dan bodohnya, saya mau-maunya sikerjai Pak Nanang waktu diminta buka kulkas. Katanya ada sesuatunya. Saya yang penasaran langsung membuka kulkas, dan ternyata memang tidak ada apa-apanya. Ya iya lah.. Kemudian, obrolan di meja pak satpam itu berlanjut dengan kisah-kisah menyeramkan di kantor itu. Katanya, dulu, kalau ada wangi kemenyan, berarti itu aroma cerutu almarhum Pak Ali Wardhana. Nah, kebetulan, nama Ali Wardhana itu kini dijadikan nama gedung kemenko ini. Kemudian, ada juga cerita tentang hawa seram di gedung AA Maramis I yang ada di samping kantor ini. Tetapi, saua akhirnya mundur teratur kembali ke press room, ketimbang mendengar cerita-cerita itu.

Pukul 19.45, karena sudah frustasi menunggu lampu menyala, saya dan Mbak Dinda memilih bergeser ke Kementerian Keuangan yang lokasinya berada persis di sebelah Kemenko Perekomian. Mbak Dinda yang bekerja untuk koran ekonomi tentu saja masih memiliki banyak tanggungan tulisan. Sedangkan saya? Ya cuma menyelesaikan berita soal PLN tadi.

Kejutannya, ternyata duo Bisnis, Bang Rizal dan Mas Agung sudah lebih dulu duduk manis di meja press room. Jadilah, kami bekerja di ruangan itu sampai dua jam kemudian. Sayangnya, saat pulang, saya tidak mengecek listrik di kantor Kemenko sudah menyala atau belum.

Pagi ini, saya mendadak pengen berangkat pagi, dan akhirnya menjadi yang pertama datang di press room kantor menko itu. Pukul 08.10. Hari ini, pukul 09.00, Pak Darmin dijadwalkan bertemu dengan Menteri ESDM. Saya sih menduga obrolan mereka soal PT PLN. Press room masih sangat sepi dan rapi. Belum ada tanda-tanda kehidupan.

Pada pukul 8.45, Menteri ESDM-nya sudah datang. Dia bilang hanya mau mengobrol dengan Pak Darmin. Sepuluh menit kemudian, Pak Darmin menyusul datang. Pak Darmin juga enggak bicara banyak, hanya, “Enggak tau. Katanya mau ngobrol, ya kita ngobrol aja. (Tentang diskon PLN, Pak?) Belum tau saya.”

Satu jam kemudian, mereka keluar dan ternyata tidak membahas PLN sama sekali. Ah, ya sudahlah..

*Serius, ini tulisan absurd total. Efek hari yang teramat landai..

** Ini tulisan pertama saya tahun ini. Saya malas banget ya..

1 comment:

  1. Selamat "pulang" kembali, Dian-yang-super-sibuk. :D :P

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)