Thursday 17 June 2021

(Akhirnya) ke Kantor

Hari ini, saya berkunjung ke kantor. Kunjungan ini menjadi yang pertama kalinya sejak menjalani bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama 15 bulan. 

Kalau ditanya tujuan saya ke kantor, saya agak sedih menjelaskannya. Saya berangkat ke kantor karena wilayah tempat tinggal saya mati lampu. Jadi sebenarnya memang tidak ada hal tentang pekerjaan yang mengharuskan saya ke kantor. 

Drama listrik mati itu dimulai sekitar pukul 10.45, ketika saya sedang sibuk mengikuti sebuah agenda persidangan. Saat itu, baterai laptop hanya tersisa 48%, tidak cukup aman karena saya tidak tahu kapan listrik akan kembali menyala.

Setelah mencoba bersabar dan berhemat-hemat baterai laptop selama 2 jam, saya akhirnya memutuskan pergi ke kantor. Menurut saya, kantor menjadi tujuan yang paling aman karena dijamin sepi, ketimbang opsi lain seperti kedai McDonald's atau Richeese Factory di dekat kosan, yang pasti ramai manusia penghamba colokan dan pendingin ruangan. 

Tetapi sebelum berangkat ke kantor, tentu saja ada proses izin-izin dulu kepada atasan. Saya dapat izin, disertai bonus petuah soal protokol kesehatan, mulai dari mengenakan masker dobel hingga memastikan hand sanitizer selalu ada di tangan.

Sesampainya di kantor, suasana sangat sepi karena tidak banyak orang yang saya temui. Memasuki pagar, saya bertemu Pak Satpam. Menyapa, bertanya kabar, sekalian cek suhu tubuh.

Memasuki lobi, ada Iza di meja resepsionis. Ketika menggunakan lift, saya berbarengan dengan seorang kolega yang berbeda divisi. Terakhir ketika hendak pulang, saya kembali bertemu seorang kolega lainnya. Jadi, total hanya 4 orang yang saya temui di seluruh penjuru kantor. 

Suasana di kantor juga jauh berbeda dari normal. Pintu yang menjadi sekat antara lobi dan bagian dalam kantor dibiarkan terbuka. Padahal biasanya, untuk membukanya dibutuhkan sidik jari atau menempelkan kartu ID. Demikian pula pada pintu ruang rapat yang berada di bagian kiri lorong. 

Bergeser ke arah lift, ada kotak berisi potongan sedotan plastik yang digunakan untuk memencet tombol. Kotak berisi sedotan itu juga ada di bagian dalam lift, untuk memencet nomor lantai tujuan.

Mau pilih warna apa?

Kemudian ketika sampai di lantai dua, saya harus menempelkan kartu ID untuk membuka pintu karena penggunaan sidik jari sudah tidak direkomendasikan lagi sejak pandemi. Saya menjadi satu-satunya orang yang ada di lantai itu, sehingga ketika membuka pintu suasananya sangat panas dan gelap. Ritual pun dimulai dengan menyalakan lampu dan pendingin ruangan.

Setelahnya, saya mendatangi meja yang sudah sangat lama tidak saya gunakan dan langsung semprot-semprot menggunakan hand sanitizer. Ketika mencolokkan charger laptop pada terminal yang ada di meja, ternyata tidak dapat tersambung. Astaga, saya bahkan lupa pernah mencabut sambungan listrik terminal tersebut, pada hari terakhir bekerja di kantor. Oleh karena itu, saya harus berjongkok ke kolong meja lebih dulu untuk kembali menyambungkannya.

Rapi.

Berantakan.

Secara umum, suasana bekerja di rumah dan di kantor tentu berbeda. Jujur saya merasa lebih nyaman bekerja di meja kantor. Sayangnya, saya hanya sendirian di ruangan itu, tidak ada rekan kerja yang biasa membikin suasana kantor menjadi ramai. 

Saya tetap mengenakan masker selama berada di ruangan kantor. Masker beberapa kali saya buka sekejap hanya untuk minum. 

Ketika air di tumbler habis, saya baru menyadari dispenser di ruangan sudah tidak ada. Saya pun harus pergi ke kafetaria di lantai delapan untuk mengisi tumbler. Suasana lantai kafetaria jauh lebih horor, karena semua lampu dalam kondisi padam. Tetapi saya memutuskan tetap masuk ruangan untuk mengisi tumbler sampai kembali penuh.

Saya meninggalkan kantor menjelang malam, setelah mematikan lampu dan pendingin ruangan. Pulangnya, saya sempatkan mampir ke tempat steakhouse langganan untuk membungkus makanan. Ini pertama kalinya saya datang ke cabang Kelapa Gading, karena biasanya selalu ke cabang Pasar Baru atau sesekali ke cabang Gajah Mada.

Begitulah cerita dari saya yang sedang bahagia bisa kembali ngantor setelah sekian lama. Ngomong-ngomong, ketika saya baru duduk 5 menit di kursi kantor, seorang teman kos mengabari listrik sudah kembali menyala. Benar-benar PLN ini...

2 comments:

  1. Ketat juga ya kantormu, Di. Aku juga udah jarang ke kantor, tapi gak sampai absen selama itu. 🤣

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)