Friday, 22 June 2012

Memberi dan Menerima


Saya pernah membaca sebuah kalimat dalam buku mengenai kiat menulis. Sebuah kalimat yang sangat “sakti” untuk membuat saya berhenti sejenak dalam membaca, dan memikirkannya. Dalam buku tersebut, kurang lebih tertulis seperti ini:

“Analogi untuk menulis adalah membaca, berbicara adalah mendengar, memberi adalah menerima, dst…”
foto: google.com

Berbagai peristiwa yang saya atau mungkin kita lakukan memiliki banyak keterkaitan dengan hal-hal yang sebelumnya memberi “bagian” tersendiri dalam apa yang kita lakukan tersebut. Kehidupan yang saling memiliki keterkaitan, bahkan yang terkesan jauhpun banyak yang ternyata memiliki jarah sangat tipis.


Untuk berada dalam posisi dimana kita berperan sebagai, katakanlah “penulis”, kita harus lebih dulu berada dalam posisi “pembaca”. Membaca apa saja yang memberi kita pembendaharaan kata dan pengetahuan. Hal inilah yang nantinya dapat kita tulis, menulis dengan  memberikan informasi kepada orang yang berposisi sebagai “pembaca”.


Esensi ini berbeda, ketika kita hanya menyampaikan apa yang ada dalam sebuah buku ke dalam sebuah tulisan yang kita tulis. Jika yang terjadi seperti ini, tidak ada bedanya dengan menjiplak atau plagiat dong. Menuliskan apa yang kita dapatkan dengan memberi berbagai penilaian dan pandangan kita – lah yang sebenarnya harus kita lakukan.


Sama halnya dengan “berbicara adalah mendengar”. Bagaimana kita bisa tahu sebuah kata, yang nantinya dirangkai menjadi sebuah kalimat, jika kita tidak pernah mendengarnya? Lebih jauh dari itu, mendapat sebuah informasi yang kita dengar terlebih dahulu, sebelum kita berbicara atau menyampaikannya kepada orang lain. Dengan ini, akan menghilangkan kesan “sok tahu” yang dapat dialami oleh orang yang berbicara suatu hal, tanpa pernah mendengarnya sebelumnya. Konsekuensi dari hal ini adalah “tersesat” dalam sebuah pembicaraan.


Sebuah penggambaran yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Apa yang kita bagi, sesungguhnya adalah yang kita terima sebelumnya. Dari kalimat “sakti” itulah, saya pribadi memahami bahwa dibutuhkan proses pembelajaran sebelum kita mencapai tingkatan dimana sekarang atau nantinya berada. Diawali sebuah tingkatan yang harus kita lalui sebelumnya.


Sesungguhnya, ini hanya sebuah kutipan yang pernah saya baca, dan saya coba tuliskan.  Dengan banyak sekali penilaian dan pendapat saya pribadi. Anda boleh setuju, atau mungkin tidak. Jika tidak, apa pendapat Anda? Mungkin pendapat Anda merupakan hal baru bagi saya, dan tidak ada salahnya untuk berbagi bukan? Karena Anda sendiri sebelumnya juga telah menerimanya. Apa salahnya untuk “memberi” atau “berbagi”?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)