Oleh-oleh dari TMII |
Saya selalu
bercita-cita bisa berkeliling Indonesia. Saya ingin menikmati keindahan, sambil
menyelami kehidupan penduduk Indonesia yang terkenal ramah dan lekat dengan
tradisi. Tak bisa dibayangkan, seberapa besar pengalaman yang akan saya
dapatkan bila berkeliling Indonesia.
Meski cita-cita itu
belum terwujud, paling tidak saya sudah mengelilingi miniatur Indonesia di
Taman Mini Indonesia Indah. Ya, miniatur. Tapi, meski bernama miniatur, jangan
dibayangkan TMII hanya seluas alun-alun kota. TMII sangat luas, mencapai 150
hektar.
TMII lahir atas
prakarsa Ibu Tien Soeharto. Sejak diresmikan pada 20 April 1975, taman raksasa
yang di dalamnya menyimpan pesona keindahan budaya Indonesia itu menjadi objek
wisata andalan Ibu Kota. Apa saja yang kita inginkan tentang Indonesia ada di
sini. Semuanya. Rumah adat, makanan khas, wahana bermain, keragaman
flora-fauna, sampai yang berkaitan dengan kemajuan teknologi.
Sebenarnya niat
berjelajah ke TMII sudah ada sejak lama, terutama saat mengikuti program Kuliah
Kerja Lapangan dari kampus dan menginap di kawasan TMII. Tapi, rencana itu
belum juga bisa terlaksana. Hingga pada bulan September tahun lalu, saya
bisa mengunjungi TMII. Saya mengunjungi TMII seorang diri. Saya membiarkan kaki
terus melangkah, menikmati keindahakan dan kekayaan Indonesia yang disajikan
TMII.
Saat menginap di kawasan TMII, dalam rangka KKL kampus. Maret 2013. |
TMII sangat mudah
dijangkau. Saya memanfaatkan TransJakarta untuk sampai di terminal Kampung
Rambutan. Dilanjutkan dengan menumpang mikrolet merah yang akan mengantar kita
sampai di gerbang TMII.
Sekitar pukul 09.30
saya sudah berada di kawasan TMII. Gerbang Kala Makara yang berada di muka TMII
sudah terlihat megah dari kejauhan. Corak gerbang itu mirip dengan yang biasa
kita ditemukan pada candi-candi di Jawa Tengah. Kala Makara dipercaya sebagai bentuk
dua kekuatan yang terdiri dari kekuatan atas (matahari) dan kekuatan bawah
(bumi). Sangat indah.
Sebelum memasuki
gerbang indah itu, mata saya beredar mengamati sisi kanan dan kiri jalan. Di
sisi kanan, ada museum Byat Alquran dan museum Islam Istiqlal, sementara di
sisi kiri ada bangunan unik berbentuk tumpeng yang merupakan museum Purna Bakti
Pertiwi. Karena saya berjalan di trotoar sebelah kiri, jadi saya langkahkan
kaki memasuki Museum Purna Bhakti Pertiwi.
Museum Purna Bhakti Pertiwi yang mirip tumpeng. |
Bangunanya sangat
bagus. Saya sangat bersemangat sampai berlari-larian di halaman museum.
Ternyata, di dalam bangunan tumpeng itu menyimpan koleksi berupa barang-barang
keluarga mantan Presiden Soeharto, mulai dari foto keluarga sampai cinderamata
dari berbagai negara.
Usai berjelajah di
Museum Purna Bhakti Pertiwi, saya berjalan menuju gerbang Kala Makara.
Perjalanan sangat nyaman, karena ada jalur khusus pedestrian, bahkan loket
khusus pedestrian. Di loket itu pula, saya meminta denah wisata TMII kepada
petugas. Nah, peta itulah yang menuntun langkah kaki saya menyusuri TMII.
Target utama saya adalah anjungan dan museum.
Sebenarnya, ada
banyak pilihan transportasi berkeliling TMII. Ada persewaan sepeda dan sepeda
motor atau memanfaatkan bus wisata dan kereta gantung. Kali ini saya ingin berjalan
kaki. Meski matahari sangat terik, di seluruh area TMII sangat rindang berkat
pepohonan. Keuntungan dari jalan kaki, kita bisa dengan gampang mampir ke
anjungan, taman, atau museum.
Selain itu, dengan
berjalan kaki, saya jadi memiliki banyak kesempatan menyapa pengunjung atau
sekadar dimintai tolong memotret. Tidak istimewa ya? Tapi saya sangat
menikmatinya. Misalnya, saat bertemu sebuah keluarga dari Bandung di depan
sebuah monumen. Seorang ibu tiba-tiba meminta saya memotretnya bersama keluarganya.
Dari ibu yang mengaku seorang guru dari Bandung itulah saya jadi tahu monumen
itu bernama Tugu Api Pancasila.
Dari Tugu Api
Pancasila, saya menuju Museum Indonesia. Saya sangat suka museum ini.
Berarsitektur Bali. Entah kenapa saya sangat suka dengan sesuatu yang bernuansa
Bali. Museum ini menyimpan koleksi tentang semua hal yang berbau budaya
tradisional Indonesia, mulai dari pakaian sampai rumah adat. Selain itu, juga
ada semacam galeri seni di lantai tiga.
Museum berikutnya
yang saya kunjungi adalah adalah Museum Penerangan dan Informasi, Museum Asmat,
Museum Serangga, Museum Pusaka, Museum Keprajuritan, serta Museum Transportasi.
Selain itu, saya juga mengunjungi berbagai anjungan yang saya lewati saat
menuju museum, seperti anjungan daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, dan Bali. Di antara anjungan itu, saya paling suka Jawa Tengah
(provinsi asal saya) dan Bali.
Ada juga
rumah-rumah ibadah berbagai agama dan kepercayaan di Indonesia. Ada tujuh rumah
ibadah di sana, dan semuanya dibangun secara bersebelahan. Melihat rumah-rumah
ibadah itu, saya seperti bisa merasakan semangat toleransi yang ingin
ditularkan TMII. Ah, indahnya Indonesia yang bisa hidup berdampingan.
Tak terasa, waktu
sudah menunjukkan pukul 16.00, sehingga sudah tiba jadwal museum untuk tutup.
Sayang sekali saya belum menyelesaikan penjelajahan ini. Tapi, karena TMII
tutup pukul 22.00, saya masih bisa mengunjungi beberapa anjungan. Saat kaki
sudah lelah karena berjalan seharian, saya memilih duduk di tepi Danau Arsipelago
(atau yang populer dengan nama Arsipel). Di danau itulah terdapat miniatur
kepulauan indonesia berskala 1:10.000. Akan terlihat sangat jelas bila
melintasinya menggunakan kereta gantung. Berkat danau ini, saya merasa seperti
sudah berkeliling Indonesia. Menjelang senja, saya benar-benar harus
menghentikan perjalanan ini.
Awalnya, saya
berencana menyelesaikan penjelajahan TMII dalam satu hari. Namun, saat berada
di museum atau anjungan, rasanya sangat sayang jika hanya sebentar. Walhasil,
waktu yang saya butuhkan untuk mengeksplorasi satu lokasi mencapai sekitar satu
jam. Akibatnya, masih banyak anjungan, museum, serta lokasi lain yang belum
saya kunjungi.
Perjalanan saya
mengelilingi TMII memang belum selesai, tapi saya berjanji akan menyelesaikan
perjalanan itu. Paling tidak, itu akan jadi alasan saya untuk kembali lagi ke
TMII.
Terus Berinovasi
Tahun ini, TMII
telah menginjak usia ke-39. Saya ingin mengucapkan selamat. Tentunya, banyak
pencapaian besar yang telah diraih TMII. Dari sekian banyak pencapaian itu,
menurut saya hal utamanya adalah TMII telah menjadi wahana belajar dan rekreasi
jutaan keluarga Indonesia. Menjadi tempat rekreasi yang menawarkan
keindahan dan kekayaan negeri, sekaligus mengemban misi membangkitkan rasa bangga
dan kecintaan terhadap bangsa dan Tanah Air.
Dilihat dari pengunjung yang berdatangan, ternyata TMII tak melulu jadi wahana wisata anak-anak. Ada banyak gerombolan remaja sampai rombongan orang dewasa yang turut meramaikan TMII, sambil terus menumbuhkan rasa cinta Tanah Air. Memang, ada banyak pelajaran yang bisa pengunjung peroleh dari setiap jengkal langkah kaki di TMII.
Dilihat dari pengunjung yang berdatangan, ternyata TMII tak melulu jadi wahana wisata anak-anak. Ada banyak gerombolan remaja sampai rombongan orang dewasa yang turut meramaikan TMII, sambil terus menumbuhkan rasa cinta Tanah Air. Memang, ada banyak pelajaran yang bisa pengunjung peroleh dari setiap jengkal langkah kaki di TMII.
Selain itu,
konsistensi TMII dalam melestarikan apa yang sudah dimiliki serta
mengembangkannya, saya pikir juga luar biasa. Bila kita ingat, di era 1990-an,
bermunculan banyak film yang bersetting di TMII. Saat itu, yang populer
misalnya kereta gantung, anjungan, dan taman bermain. Kini, setelah puluhan
tahun berselang, bayangan TMII dari televisi sudah tak sama lagi. Ya, sudah
banyak berubah, lebih indah ketimbang dulu. Wajah TMII terlihat lebih segar.
Inovasi untuk
menyegarkan wajah TMII memang sangat terasa. Hal pertama yang berubah misalnya
pembangunan gedung Plaza Arsipel di tepi Danau Arsipel. Selain itu, kehadiran
kafetaria serta keberadaan bus dan persewaan sepeda turut memperindah TMII dan
memudahkan pengunjung.
Inovasi terpenting
menurut saya adalah kreativitas TMII mengadakan sederet event, mulai dari
perayaan tahun baru sampai ulang tahun. Nyatanya, kehadiran event-event itu
mampu menarik minat masyarakat untuk terus mengunjungi TMII. Pada perayaan
ulang tahun ke-39, TMII menyelenggarakan banyak acara yang terangkum dalam 11
hari. Semua event itu bertema Indonesia.
Semoga TMII semakin
mengukuhkan ke-SATOE-an Indonesia, dengan semangat melestarikan budaya
nusantara serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
bagus kk artikelnya.. lg ikutan lomba blog TMII ya? :)
ReplyDeletesama hehe
Terima kasih sudah berkunjung.
DeleteIya nih, sekalian menulis cerita setelah berkunjung ke TMII. Good luck lombanya yak :D