it.wikipedia.org |
Sejak internet muncul dan saya mengenalnya, rasanya
ada banyak hal yang terbantu. Saat ini, internet juga terasa sebagai kebutuhan.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan berkat jasa internet. Sebut saja sarana
berkomunikasi, mendapatkan informasi, transaksi jual-beli, sampai ajang unjuk
diri. Bahkan, kini tak sedikit orang yang mendapatkan penghasilan dari
internet.
Well, bagi saya, rasanya kehidupan terasa ada yang
salah jika sehari saja tidak mengakses internet. Kalau diurutkan berdasarkan
prioritas, dalam sehari saya pasti mengakses surat elektronik dan situs berita
online. Di beberapa kesempatan, biasanya saya juga membuka media sosial. Nah,
jika ada waktu lebih banyak, saya akan memanfaatkannya untuk blogwalking—membaca
berbagai tulisan di blog, ketawa-ketiwi sebentar di You Tube, dan mengamati berbagai
resensi buku—yang sekiranya cocok untuk saya beli dan baca.
Saya bisa sehari tidak memegang ponsel, asal ada akses
internet untuk saya berkomunikasi. Saya juga bisa hidup berbulan-bulan tanpa
televisi, karena merasa kebutuhan informasi bisa didapatkan dari internet. Tapi,
jika kondisinya berbalik—tanpa akses internet tapi difasilitasi ponsel (yang akses
internetnya tiba-tiba menghilang) dan televisi—saya kira akan tetap kesulitan
menjalani keseharian.
Apakah kebiasaan mengakses internet membuat hidup saya
hanya berkutat di depan layar komputer? Rasanya tidak demikian. Jika Anda ingin
mengatakan saya kecanduan internet, boleh. Silakan. Saya tidak ingin
mengingkarinya. Meski begitu, saya merasa masih bisa melakukan banyak hal,
seperti makhluk sosial pada umumnya. Saya juga memiliki banyak teman di dunia
nyata.
Berbicara tentang internet yang lekat dengan
kehidupan masyarakat, sepertinya tak aneh jika kemudian muncul istilah “masyarakat
informasi”. Secara sederhana, masyarakat informasi menunjukkan kemampuan
manusia dalam memanfaatkan teknologi untuk menunjang aktivitasnya. Atau lebih
jauh lagi, menunjukkan kondisi masyarakat yang menempatkan akses informasi
sebagai kebutuhan pokoknya.
Biasanya, istilah masyarakat informasi memang melekat
pada kalangan urban. Namun, rasanya tak adil juga, jika kita membiarkan ada kalangan
yang hidup tanpa bisa akrab dengan internet. Kita bayangkan saja, alangkah
lebih mudahnya kehidupan mereka, jika turut merasakan manfaat internet.
Memang, pemerintah sudah bergerak dengan cara dan programnya
sendiri untuk mengenalkan internet ke pelosok negeri. Tapi, rasanya kita juga
punya kewajiban yang sama untuk menularkan kebaikan internet kepada kalangan
yang belum mengenalnya. Meski masyarakat di kota bisa dengan nyaman
memanfaatkan akses internet, di beberapa tempat di Indonesia hal yang demikian
masih belum terasa.
Kita bisa memulai langkah itu dengan hal yang
sederhana, kepada kalangan yang terdekat. Saya memiliki pengalaman saat tergabung
dalam program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan kampus. Ditempatkan di
sebuah desa di Magelang, saya melihat kenyataan bahwa akses internet sebenarnya
sudah sangat dinanti. Masyarakat akrab dengan kata “internet”, tapi belum
memiliki bayangan manfaat dan cara menggunakannya. Sinyal untuk berinternet di
tempat itu juga bagus.
Di kelurahan, sudah ada sebuah laptop, lengkap
dengan modemnya untuk mengakses internet. Sayangnya, petugas di sana masih
kesulitan mengkoneksikan internet pada laptop. Setelah diajarkan, mereka menyatakan
ada banyak manfaat dari internet yang bisa dirasakan. Setidaknya, mereka yang
tidak memiliki mesin faksimile, dapat memanfaatkan layanan surat elektronik
ketimbang berkirim surat secara konvensional.
Nah, lihat kan, ada banyak manfaat yang ditawarkan internet. Jadi, yok, kita bersama-sama mendorong Indonesia agar mampu menggenggam internet.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)