Salah satu batu nisan di Museum Taman Prasati. |
Tapi ini bukan batu nisan biasa. Batu nisan
yang saya maksud adalah milik orang-orang Verenigne Oost Indishe Compagnie
(VOC) atau Serikat Badan Usaha Dagang Belanda di Asia. Batu nisan peninggalan
VOC itu biasanya memiliki nilai seni yang bagus. Bahkan, batu nisan yang indah itu
bisa kita “baca”.
Di Museum Taman Prasasti, kita bisa
menemukan batu nisan dengan bentuk yang unik. Misalnya saja batu nisan berbentuk
buku milik Direktur Stovia Dr HF Roll, yang semasa hidup mendukung pendidikan Sutomo
dan gerakan Boedi Oetomo. Ada pula yang berupa patung perempuan dengan kepala
tertelungkup pada lengan. Patung itu disebut Si Cantik Menangis, yang konon
tengah menangisi suaminya yang bunuh diri akibat terkena malaria.
Selain
batu nisan yang “mudah dimengerti” seperti milik Dr Roll dan suami Si Cantik Menangis, ada juga batu
nisan yang memerlukan analisis panjang agar bisa diketahui maknanya. Batu nisan
VOC memang menyimpan banyak pesan. Pesan
pada batu nisan itu berupa verbal dan nonverbal. Pesan verbal biasanya meliputi
nama, tempat dan tanggal lahir, jabatan, umur, dan tempat waktu meninggal. Sementara
pesan nonverbal biasanya berupa lambang-lambang heraldik yang memiliki makna
tertentu.
Tema batu nisan biasanya disesuaikan
dengan orang yang dimakamkan. Konon, semakin rumit pahatan pada batu nisan, berarti
orang yang dimakamkan di bawahnya memiliki derajat yang juga tinggi di
masyarakat. Pahatan-pahatan pada batu nisan itu adalah lambang heraldik yang bisa
dimaknai menggunakan analisis semiotika.
Sayangnya, di Indonesia belum banyak
kajian tentang lambang heraldik pada batu nisan. Saat saya mencoba mencari, saya
hanya menemukan nama Lilie Suratminto. Pak Liliek adalah pengajar pada Program
Studi Belanda Universitas Indonesia.
Saya belajar sedikit ilmu tentang batu
nisan ini dari kajian Pak Liliek yang berjudul Teks pada Batu Nisan Baron van
Imhoff Dilihat melalui Analisis Semiotika Model Peirce dan Danesi-Perron. Batu
nisan yang dikaji Pak Liliek itu berada di Museum Wayang, di kawasan Kota Tua.
Batu nisan Baron van Imhoff |
Melihat banyaknya motif, pikiran saya
langsung terbayang serumit apa pengerjaan sepapan batu nisan itu. Tapi, dari
aneka lambang heraldik itulah kita akan mendapat gambaran tentang kehidupan Baron
van Imhoff. Dia adalah gubernur jenderal yang memiliki banyak jasa bagi
Belanda, seperti mendirikan istana gubernur di Bogor, meningkatkan kepemilikan
tanah orang Eropa di Batavia, memberi izin pembangunan gereja Lutheran, dan
mendirikan akademi kelautan.
Ini baru satu batu nisan yang saya
tahu maknanya. Padahal, di Museum Taman Prasasti ada ribuan batu nisan. Belum lagi
yang berada di Gereja Sion dan Pulau Onrust.
Oiya. Ketertarikan saya pada batu
nisan berawal dari membaca tulisan di National Geographic, di samping rasa
penasaran saya pada sejarah Indonesia. Semoga ke depannya, saya memiliki lebih
banyak kesempatan belajar tentang batu nisan.
Suka banget sama tulisanmu yang ini :)
ReplyDeleteKayaknya kita kudu ikut kelas filologi sastra deh,di =D
Xiexie.. Iya ya. Tapi sayangnya, di Undip kan cuma ada filologi sastra Indonesia, Cil. Sementara tulisan di nisan kan bahasa Belanda..
Delete