Sunday, 30 March 2014

Password


Entah karena faktor apa, aku selalu bermasalah dengan password alias kata sandi. Password apa saja, rasanya aku susah banget untuk mengingatnya.

Biasanya, aku menyusun password dengan kata yang mudah diingat. Kalau pun angka, biasanya juga menggunakan angka yang mudah diingat. Bahkan untuk memudahkan, password-password itu sengaja aku buat sama. Misalnya, hampir semua akun jejaring sosial memiliki password yang sama.

Masalah akibat lupa password, barang kali sudah enggak bisa dihitung pakai jari. Ambil contoh saja, lupa password sistem informasi akademik saat ingin mencetak kartu rencana studi. Sejak printer untuk mencetak surat dan KRS di fakultas ditiadakan *cih, kami—para mahasiswa—biasanya mencetak KRS di warung internet (itu pun enggak semua warnet memiliki aplikasi SIA FISIP). Merepotkan banget yak..

Suatu hari, aku bersama Dhea menuju warnet langganan. Di sana, KRS yang pertama dicetak atas nama Dhea. Sukses. Kedua, atas nama Dian. Gagal! Dicoba lagi, tetap gagal. Sampai tiga kali, masih gagal. Akhirnya, kami mencetakkan KRS untuk Vella terlebih dulu. Berhasil. Aku bahkan ingat password akun SIA Vella. Sekarang kembali mencoba mencetak punyaku. Berkali-kali, gagal. Beruntung, petugas penjaga warnet lumayan sabar untuk mengulang kombinasi angka yang terus-terusan salah. 145695, 145790, 145945, 145890, dan bla bla bla. Sialnya, di SIA tidak ada bantuan “Fotgot your password?”. Aaaaaggghhhhh.

Awkward moment saat mengingat-ingat angka kombinasi itu adalah aku yang beberapa kali mengulang susunan angka password. Padahal salah. Sampai petugas warnet bilang, “Tadi angka itu sudah dicoba, mbak. Masih salah.”

Akhirnya kami menyerah dan kembali ke kampus. Niatnya sih untuk mengantarkan Dhea  bertemu dosen walinya. Sayangnya, meja dosen wali Dhea kosong. Nah, saat melongok ruang jurusan, dosen waliku ada di mejanya. Ah, sial, gara-gara belum mencetak KRS, aku enggak bisa menemuinya. Padahal, saat bimbingan pada dosen wali, mahasiswa sekalian membawa KRS untuk ditandatangani.

Di kampus, aku coba bertanya pada adekku. Kalau enggak salah, aku pernah memasukkan banyak data di handphone-nya (alamat kosan, nomor handphone, NIM+password SIA, kode pos rumah, sampai nomor identitas asuransi).

Tapi, berhubung si adekku sedang bersekolah, balasan kabar password SIA baru sampai dua jam kemudian. Sehingga, agenda kembali ke warnet ditunda esok hari. Beruntung, saat kembali ke sana, petugas warnetnya bukan mas-mas yang kemarin jaga, hahaha. Seandainya sama, bakal isin banget bo...

Kasus lupa password terbaru, adalah kemarin malam. Usai berbelanja kebutuhan bulanan bareng Vella, ternyata pagar terkunci. Padahal saat itu masih pukul 21.07. Aneh. Biasanya pagar kosan digembok pukul 22.00. Sebenarnya pagar luar masih terbuka, tapi pagar dalam (yang justru krusial) sudah tergembok.

Begini, di kosanku, ada dua lapis pagar. Pagar terluar ada dua pintu, tapi konsepnya sama seperti pagar rumah kebanyakan, pakai gembok berkunci. Setiap penghuni kosan dibekali kunci pagar itu, termasuk aku. Nah, di bagian dalam, ada pagar lagi (dipasang sekitar enam bulan lalu) yang menggunakan sandi angka kombinasi.

Sebenarnya, setiap penghuni kosan sudah diberitahu password pagar itu. Celakanya, aku lupa, plus SMS pemberitahuan password sudah terhapus. Aku coba berulang-ulang, tetap gagal. Berbagai kombinasi angka aku coba: 13579, 13580, 14589, 14590, dan bla bla bla. Tapi apa daya, tetap gagal.

Ibu penjaga kosan berulang-ulang aku telepon, tapi enggak diangkat. Aku terjebak di luar pagar, pada malam syahdu yang gerimis itu. Pak satpam komplek melihatku dari poskonya. Iseng tapi penuh harap, aku coba bertanya password pagar kepadanya. Sayangnya, pak satpam enggak tahu. Wajar sih ya...

Akhirnya aneka umpatan soal pagar yang susah dibuka itu aku tumpahkan pada Vella. Sampai-sampai, ada rencana aku ngungsi tidur di kosan Vella.

Beruntung, di saat rasa frustasi mulai memuncak, suami ibu penjaga kos datang. Alhamdulillah, akhirnya ada yang membantu membuka pintu sialan itu. Saat itu, jam menunjukkan pukul 21.28. Setelah pagar terbuka, bapaknya pun secara berulang menyebutkan angka kombinasi, sambil memberi kursus cara membuka gembok ber-password. Sebenarnya angkanya sama sekali enggak cantik. Sangat susah diingat deh. Terdiri dari lima angka: 24579.

Oh iya, berbarengan saat pintu terbuka, ada adek kos yang pulang. Mendengar kabar aku lupa password pagar, adek kos itu berkomentar, “Kok bisa lupa sih, Kak”. Zzzztttttt.. -_-

Sesampainya di kamar, aku langsung mengabarkan info bahagia itu pada Vella. Sekalian, aku memintanya menghafal password pagar (Nah, soal password, Vella punya ingatan yang baik loh. Vella bahkan ingat nomor handphone-ku, yang aku sendiri enggak hafal. Beruntung, sejak KKN, sepertinya aku jadi ingat nomor handphone-ku loh. Sepertinya.)

Nah, malam ini, sekitar pukul 22.00, saat pulang dari acara Earth Hour di balai kota, ternyata pagar kosan kembali sudah tergembok (padahal pagar luar masih terbuka lebar). Ah, lagi-lagi...

Kerennya, Vella dengan sigap berkata, “Passwordnya 24579, Di. Dicoba dulu geh.”

Daaaan, aku segera berlari ke pagar dalam. Cukup sekali coba, langsung ada bunyi “Klek”, gembok terbuka. Yeyeyeye!

Ternyata keberadaan password lumayan bikin repot. Aku makin males deh, berurusan dengan password. Semoga kalian tidak memiliki pengalaman aneh berurusan dengan pasword yak...


2 comments:

  1. Buahaha..bsk2 aku bikinin kepe'an password deh.Ben kamu inget terus,Di =D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Okeh. Gimana kalau kado ulang tahunku besok, berupa daftar password aja? hahahaha

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Jangan lupa menulis komentar ya :)