Entah karena faktor apa, aku selalu bermasalah dengan password
alias kata sandi. Password apa saja, rasanya aku susah banget untuk
mengingatnya.
Biasanya, aku menyusun password dengan kata yang mudah diingat.
Kalau pun angka, biasanya juga menggunakan angka yang mudah diingat. Bahkan
untuk memudahkan, password-password itu sengaja aku buat sama. Misalnya, hampir
semua akun jejaring sosial memiliki password yang sama.
Masalah akibat lupa password, barang kali sudah enggak bisa
dihitung pakai jari. Ambil contoh saja, lupa password sistem informasi akademik
saat ingin mencetak kartu rencana studi. Sejak printer untuk mencetak surat dan
KRS di fakultas ditiadakan *cih, kami—para mahasiswa—biasanya mencetak KRS di
warung internet (itu pun enggak semua warnet memiliki aplikasi SIA FISIP).
Merepotkan banget yak..
Suatu hari, aku bersama Dhea menuju warnet langganan. Di sana, KRS
yang pertama dicetak atas nama Dhea. Sukses. Kedua, atas nama Dian. Gagal!
Dicoba lagi, tetap gagal. Sampai tiga kali, masih gagal. Akhirnya, kami
mencetakkan KRS untuk Vella terlebih dulu. Berhasil. Aku bahkan ingat password
akun SIA Vella. Sekarang kembali mencoba mencetak punyaku. Berkali-kali, gagal.
Beruntung, petugas penjaga warnet lumayan sabar untuk mengulang kombinasi angka
yang terus-terusan salah. 145695, 145790, 145945, 145890, dan bla bla bla.
Sialnya, di SIA tidak ada bantuan “Fotgot your password?”. Aaaaaggghhhhh.
Awkward moment saat mengingat-ingat angka kombinasi itu adalah aku
yang beberapa kali mengulang susunan angka password. Padahal salah. Sampai
petugas warnet bilang, “Tadi angka itu sudah dicoba, mbak. Masih salah.”
Akhirnya kami menyerah dan kembali ke kampus. Niatnya sih untuk
mengantarkan Dhea bertemu dosen walinya. Sayangnya, meja dosen wali Dhea
kosong. Nah, saat melongok ruang jurusan, dosen waliku ada di mejanya. Ah,
sial, gara-gara belum mencetak KRS, aku enggak bisa menemuinya. Padahal, saat
bimbingan pada dosen wali, mahasiswa sekalian membawa KRS untuk ditandatangani.
Di kampus, aku coba bertanya pada adekku. Kalau enggak salah, aku
pernah memasukkan banyak data di handphone-nya (alamat kosan, nomor handphone,
NIM+password SIA, kode pos rumah, sampai nomor identitas asuransi).
Tapi, berhubung si adekku sedang bersekolah, balasan kabar
password SIA baru sampai dua jam kemudian. Sehingga, agenda kembali ke warnet
ditunda esok hari. Beruntung, saat kembali ke sana, petugas warnetnya bukan
mas-mas yang kemarin jaga, hahaha. Seandainya sama, bakal isin banget bo...
Kasus lupa password terbaru, adalah kemarin malam. Usai berbelanja
kebutuhan bulanan bareng Vella, ternyata pagar terkunci. Padahal saat itu masih
pukul 21.07. Aneh. Biasanya pagar kosan digembok pukul 22.00. Sebenarnya pagar
luar masih terbuka, tapi pagar dalam (yang justru krusial) sudah tergembok.
Begini, di kosanku, ada dua lapis pagar. Pagar terluar ada dua
pintu, tapi konsepnya sama seperti pagar rumah kebanyakan, pakai gembok
berkunci. Setiap penghuni kosan dibekali kunci pagar itu, termasuk aku. Nah, di
bagian dalam, ada pagar lagi (dipasang sekitar enam bulan lalu) yang
menggunakan sandi angka kombinasi.
Sebenarnya, setiap penghuni kosan sudah diberitahu password pagar
itu. Celakanya, aku lupa, plus SMS pemberitahuan password sudah terhapus. Aku
coba berulang-ulang, tetap gagal. Berbagai kombinasi angka aku coba: 13579,
13580, 14589, 14590, dan bla bla bla. Tapi apa daya, tetap gagal.
Ibu penjaga kosan berulang-ulang aku telepon, tapi enggak
diangkat. Aku terjebak di luar pagar, pada malam syahdu yang gerimis itu. Pak
satpam komplek melihatku dari poskonya. Iseng tapi penuh harap, aku coba
bertanya password pagar kepadanya. Sayangnya, pak satpam enggak tahu. Wajar sih
ya...
Akhirnya aneka umpatan soal pagar yang susah dibuka itu aku
tumpahkan pada Vella. Sampai-sampai, ada rencana aku ngungsi tidur di kosan
Vella.
Beruntung, di saat rasa frustasi mulai memuncak, suami ibu penjaga
kos datang. Alhamdulillah, akhirnya ada yang membantu membuka pintu sialan itu.
Saat itu, jam menunjukkan pukul 21.28. Setelah pagar terbuka, bapaknya pun
secara berulang menyebutkan angka kombinasi, sambil memberi kursus cara membuka
gembok ber-password. Sebenarnya angkanya sama sekali enggak cantik. Sangat
susah diingat deh. Terdiri dari lima angka: 24579.
Oh iya, berbarengan saat pintu terbuka, ada adek kos yang pulang.
Mendengar kabar aku lupa password pagar, adek kos itu berkomentar, “Kok bisa
lupa sih, Kak”. Zzzztttttt.. -_-
Sesampainya di kamar, aku langsung mengabarkan info bahagia itu
pada Vella. Sekalian, aku memintanya menghafal password pagar (Nah, soal
password, Vella punya ingatan yang baik loh. Vella bahkan ingat nomor
handphone-ku, yang aku sendiri enggak hafal. Beruntung, sejak KKN, sepertinya
aku jadi ingat nomor handphone-ku loh. Sepertinya.)
Nah, malam ini, sekitar pukul 22.00, saat pulang dari acara Earth
Hour di balai kota, ternyata pagar kosan kembali sudah tergembok (padahal pagar
luar masih terbuka lebar). Ah, lagi-lagi...
Kerennya, Vella dengan sigap berkata, “Passwordnya 24579, Di. Dicoba
dulu geh.”
Daaaan, aku segera berlari ke pagar dalam. Cukup sekali coba,
langsung ada bunyi “Klek”, gembok terbuka. Yeyeyeye!
Ternyata keberadaan password lumayan bikin repot. Aku makin males
deh, berurusan dengan password. Semoga kalian tidak memiliki pengalaman aneh
berurusan dengan pasword yak...
Buahaha..bsk2 aku bikinin kepe'an password deh.Ben kamu inget terus,Di =D
ReplyDeleteOkeh. Gimana kalau kado ulang tahunku besok, berupa daftar password aja? hahahaha
Delete